Pages

RSS

Selamat datang di Cermin Sebuah Titik
Refleksi Sunyi
Sunyi tak selamanya sepi
Sendiri hanya 'tuk mengenali pribadi
Dyah Prabaningrum (D*pra)

Senin, 02 Januari 2012

Cantik dan Sexy


Beberapa waktu lalu saya sempat mencari definisi “cantik dan sexy.” Jujur saya mengalami kekosongan makna pada sebuah kata itu. Kekosongan makna dan pencarian itu terjadi karena sempat terkesima dengan berbagai perbincangan tentang kata tersebut. Di sebuah warung makan ketika saya bersama teman saya, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, yang pada akhirnya ia tundukkan kepalanya dan berucap,’Ba, coba tengok ke belakang.” Dengan segera saya ikuti instruksinya dan saya temukan seorang gadis duduk tenang dengan temannya. Temanku kembali berbisik,”Cantik ya…” Ku amati sekilas wanita yang di sebutnya cantik itu, sesaat ku temukan gambaran cantik, sesuai diskripsi fisik wanita tersebut. Bukan hanya dia, ternyata temanku lelaki, beberapa waktu lalu juga sedang kegirangan, katanya dia tengah mendekati seorang gadis yang telah menjadi incerannya sejak semester lalu. Konon dia adalah gadis yang tersohor karena kecantikannya. Lain lagi dengan kedua temanku, beberapa temanku lelaki juga terdengar membicarakan kata ‘sexy.’Ketika diminta memperlihatkan foto gadisnya, bila gadisnya tak cantik-yang entah menurut siapa- mereka akan menunjukkan fotonya dan mendahului berkomentar,”Aku thu nggak suka cewek cantik.” Saat diperlihatkan foto gadisnya merekapun akan menambah argumen,”Pacarku memang nggak cantik tapi seksi.”

Pada nyatanya bukan hanya lelaki yang membahas kecantikan dan kesexy-an. Banyak dari perempuan yang memperbincangkannya. Bahkan berlomba-lomba untuk disebut cantik dan sexy. Saya pernah mempunyai teman yang menurut saya dia cukup menarik, tapi entah kenapa saya merasa ada yang janggal ketika ia telah menginjak semester limanan. Dulu dia terlihat natural, namun seiring berlalunya waktu justru saya merasa banyak asupan industrial menyusup di tubuhnya. Benarlah ketika beberapa kali saya ke kosnya dan saya telah lama menunggunya berdandan, setelah itu dia akan berbalik dan menanyakan,”Udah cantik belum?” Tentu saja kata tersebut wajar diucapkan wanita setelah berdandan. Hanya saja yang membuatku sedikit surprise adalah ketika dia mengeluhkan beberapa perawatan yang dia jalani tapi tak membuat kulitnya putih. Bukan hanya dia, beberapa kali ku temui perempuan dengan keluhan yang sama tapi dalam redaksi yang berbeda,”Kok kulitku nggak putih-putih ya? Aku nggak cantik ya?” dan tentang sexy, banyak juga perempuan yang menginginkan ber-imajinasikan hal tersebut.
Cantik dan sexy adalah paket yang ditawarkan oleh dunia industri melalui media. Lewat iklan, gadis cantik dan sexy menjadi simbol yang dipuja oleh pria. Lihatlah betapa banyak iklan kosmetik, sabun, dan segala macam perkakas wanita yang memprogandakan betapa cantik ataupun sexy akan membuat lelaki jatuh hati padanya. Sangat melekat di benak saya sebuah iklan yang memperbandingkan wanita berkulit hitam dan putih. Si kulit putih di situ diceritakan sudah mempunyai kekasih dan si kulit hitam belum. Atas saran si kulit putih, si kulit hitampun memakai produk yang sama dengan si kulit putih. Akhirnya si kulit hitam menjadi putih dan mendapatkan kekasih, ada sebuah narasi yang menghakhirinya yang berintikan untuk kulit cantik bersinar. Beda dengan iklan di atas, iklan ini menarasikan,”Ingin montok dan sexy seperti bla..bla..bla..setelah itu naratorpun menawarkan pengencang perut dan pemontok tubuh dengan ikon artis berlekuk tubuh indah yang turun dari mobil mewah, ketika ia telah mempromosikan produk tersebut ia masuk ke kafe dengan citra wanita yang dipuja lelaki, digambarkan ia menjadi pusat perhatian lelaki-lelaki yang ada di café tersebut.

Bila melihat arti di kamus, cantik memanglah berhubungan dengan paras,namun tidak disebutkan dengan detil paras seperti apa yang rupawan, sedang sexy berhungan dengan segala sesuatu yang mengundang birahi seperti bentuk tubuh. Namun benarkah cantik dan sexy itu hanya sebatas fisik? Cantik berarti berkulit putih dan sexy berarti berlekuk tubuh indah? Bila iya mengapa ada seseorang yang tidak punya lekuk tubuh nan indah tapi ada yang berkata dia sexy? Ada pula seorang yang tidak berhidung mancung juga tak berkulit putih dikatakan cantik? Sebenarnya apa definisi cantik dan sexy?
Cukup lama saya renungkan dan sedikit titik terang. Saya mengingat nama Eva Broun sebagai perempuan paling cantik bagi Hitler. Padahal pada kenyataannya Hitler, pemimpin nazi itu pernah menemui banyak sekali wanita yang secara fisik terangkum dalam tawaran media masa kini (putih, berhidung mancung, berbibir tipis,dll). Bagi Hitler kecantikan Eva Broun pada keteduhan hatinya yang jarang mengeluh atas politiknya dan pemberitaan media terhadapnya. Saya juga mengingat nama Cleopatra yang dapat membuat Julius Caesar bertekuk lutut. Ternyata dalam buku Perempuan Pemicu Perang karya Imas Kurniasih, Julius Caesar terpesona bukan karena kecantikan dan kesexy-an “fisik” Cleopatra, tetapi karena kecantikan dan kesexy-an karakter Cleopatra yaitu penuh optimis, cermat dan disiplin.

Hmm….kurasa cantik dan seksi bukanlah rekaan fisik semata. Tapi cantik dan seksi itu bentuk kepercayaan diri dan sikap pribadi yang kuat, kesemua itu tak perlu dibeli karena “ia” ada pada setiap diri yang mau menggali.