Pages

RSS

Selamat datang di Cermin Sebuah Titik
Refleksi Sunyi
Sunyi tak selamanya sepi
Sendiri hanya 'tuk mengenali pribadi
Dyah Prabaningrum (D*pra)

Jumat, 30 Desember 2011

Terbiasa


Terbiasa aku menepi. Bahkan untuk mendengar yang tak terdengar kadang aku tak tertegun lagi. Untuk mengarti yang belum bermaknapun ku sudah mulai terbiasa. Melihat kata dalam genggammu yang berat, membuatku harus menghempas prasangka. Mungkin aku yang terlalu percaya diri atau aku yang terlalu perasa, akan tetapi ketahuilah sesungguhnya engkau memang penuh tebak.
aku mulai meraba bahwa kau juga terluka, saat manjaku tak kau tangkap. Engkau diam karna prinsipmu jauh dari pola terka pikirku. Maaf bila selama ini aku selalu menggeliat mengganggu, kadang aku berfikir sudah saatnya aku pergi. TOH...tak ada lagi yang diharap, mungkin setelah kau ucap yang ku mau, ku rela tuk benar2 berpaling. Maka berucaplah...

Read More......

Senin, 15 Agustus 2011

Agar Terhapus Saja



sebaris nama
bawa rindu yang menggebu
namun luapnya tak mampu tersampai
resah...
bolehkah ku hapus saja..
bertanya dan menanti jawabNya

Read More......

Jumat, 05 Agustus 2011

Berani? Atau...

Ketika aku terhenti dalam pertanyaan yang cukup sederhana ini,"apa yang telah ku lakukan untuk negaraku?" aku diam dan mulai berfikir ulang. Jangan-jangan selama ini aku hanya tumbuh dan hidup dalam rangka berbalut kulit dengan kekosongan fungsi. akupun teringat akan sebuah pesan dari sastrawan besar
"Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri”
- Pramoedya Ananta Toer-
K-E-B-E-R-A-N-I-A-N ya kata kunci dari hal tersebut adalah keberanian, paduan dari beberapa huruf yang mempunyai arti besar dalam menentukan pilihan dan bentuk tindakan. Namun masih belum terbaca, keberanian seperti apa sehingga kita tak harus dipersandingkan dengan kata ternak? Ku ingat beberapa catatan sejarah yang pernah ku pelajari atau setidaknya pernah ku dengar dengung ceritanya. Memang diawal cerita pemudalah yang membuat Indonesia merdeka, gerakan-gerakan yang menyejarah dimulai dari bangkitnya semangat dan keberanian pemuda, dari Budi Utomo(1920), Sumpah Pemuda(1928),proklamasi kemerdekaan(1945), penurunan Soekarno(1966), hingga penggulingan Soeharto(1998). Namun apakah selama ini mengubah wajah Indonesia dan menjadikan Indonesia berjaya seperti zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit? apakah dengan hal yang telah dilakukan oleh pemuda kala itu membuat rakyat lebih bahagia?
tidak-tidak pemikiran itu terlalu jauh untukku. baiklah ku kembalikan pada pemikiran awal, batasan apa yang diberikan pada kata "pemberani" sehingga kita bisa berucap bahwa kita tak sama dengan ternak, bukan untuk menyangkal, setidaknya sebuah letupan nalar untuk mengarah pada langkah yang akan aku tempuh.
lagi-lagi ku terdiam, mengingat tindakan apa saja yang sudah ku lakukan dan terkenang sebagai tindakan berani dan seberapa besar dampak itu terhadap diriku dan lingkunganku? Berani...dan hingga saat ini ia masih jadi misteri.Jangan2 selama ini yang dianggap berani tak sepenuhnya berani benar, hanya sebuah tindakan oportunis, atau sebuah egoisme diri saja agar tak dianggap rendah? hingga lagi2 benak bertanya,"Sudahkah keberanian itu melahirkan jiwa kepemimpinan yang juga berani mengayomi?" Entahlah... semuanya terasa berputar dalam hening malam ini. Tapi satu hal yang pasti, keberanian, bukanlah semata keberanian, ia harus dikelola dalam jiwa yang menginginkan kebaikan di relung analisis tajam sampai melahirkan strategi yang diliputi konsistensi tindakan mungkin itulah keberanian yang sedang aku cari, yang sedang ingin aku gali.

Read More......

Kamis, 07 Juli 2011

Drama : Prasangka

PRASANGKA
TERINSPIRASI DARI CERITA SAHABAT
ADEGAN 1
DI SEBUAH RUANGAN MENUNGGU TEMAN-TEMAN YANG BELUM HADIR UNTUK RAPAT AGENDA BULAN DEPAN. RENA ASYIK MENELPON.
RENA
Sebel! Pelit! Haruskah aku membeli waktumu?
DION
Bukan begitu, tapi aku sibuk, aku benar-benar harus mengerjakan ini-itu, mengertilah sayang.
RENA

Bagaimana bisa aku mengerti, sudah berhari-hari kita tidak bertemu.



DION

Sungguh rencanaku tak bisa lagi di ubah. Banyak hal yang perlu aku lakukan di sini.

RENA

Huff…. (muka memerah, marah dan menutup telepon)

TIBA-TIBA TELAH ADA LAKI-LAKI DI SAMPINGNYA. MUSUH RENA YANG SEKALIGUS TEMAN SE-ORGANISASI RENA.

ALDO

Wanita itu sungguh aneh. (tersenyum sinis)

RENA

Maksudmu?

ALDO BERLALU DAN MENGAMBIL KORAN YANG TERGELETAK DI MEJA, MENGGELARNYA DI BAWAH, MEMBUKA LEMBAR DEMI LEMBAR. SENYUMNYAPUN SEMAKIN LEBAR.

ALDO

Wanita itu mahluk indah yang menjijikkan.

RENA

Tutup mulutmu (menengok dengan tatapan sinis)

ALDO

Buktinya mereka tak menginginkan kekasihnya bekerja keras, tapi ia menginginkan uangnya yang banyak (menatap tajam Rena)

RENA

Apa aku serendah itu di matamu?



ALDO

Menurutmu?

RENA

Apa semua benak laki-laki sebusuk milikmu?

ALDO

Silahkan kamu anggap busuk, tapi yang pasti laki-laki lebih baik dari wanita. Dari dulu wanita memang pembuat masalah bahkan dari zaman sebelum bumi ditetapkan untuk manusia.

RENA

Kenapa kamu begitu membenci wanita, pantas sampai sekarang tak satupun wanita terlihat dengan-mu, Ops..maaf mungkin tak ada yang mau dekat denganmu.

ALDO

Karena aku benci wanita! Jangan lupa adam turun karena hawa.

RENA

Tapi kamu juga jangan lupa Hawa tercipta karena Adam yang meminta.

ALDO

Itu kesalahan terbesar Adam, bodoh!



RENA

Kamu pikir kamu pintar? Pemikiranmu lebih bodoh dariku!

ALDO

Buktinya?

RENA

Bila permintaan atas Hawa adalah kesalahan besar, apakah Adam terlalu gegabah meminta Hawa? Adam tak pernah berfikir panjang ya? dan ternyata begitu mudahnya ya Adam tergoda dengan Hawa.

ALDO DIAM DAN BERFIKIR

RENA

Kenapa?

ALDO

Itulah kenapa ku katakan wanita selalu membuat masalah!

RENA

Yang pasti aku tak suka orang bodoh! (melirik sinis)

ALDO

Heh! Kamu pengin tahu bukti wanita bodoh? Lihat Koran ini! (suaranya dibuat menekan dan melempar koran)

RENA MENANGKAP KORAN DAN MEMBACA HALAMAN YANG TELAH DIBUKA ALDO, MENCERMATI ISI TULISAN PEMBACA ITU.

ALDO

Wanita cantik mencari pria kaya. Dia pikir dengan menerangkan bahwa dia cantik dan fashionable itu cukup untuk mendapat pria? Di tambah lagi bertanya kenapa dia justru menemui wanita standar yang menjadi istri pria kaya?

RENA

Tak semua wanita seperti itu kali!

ALDO

Yakin?

RENA

Ya!

ALDO

Lantas apa pendapatmu tentang wanita itu?

RENA

Bila memang wanita itu ingin menukar kecantikan dengan uang, tak ubahnya kecantikan itu barang dagangan dan hanya laki-laki bodoh yang mau dengannya, yang hanya mengandalkan penampilan dan berpemikiran begitu picik, menginginkan pria yang berpenghasilan 500 juta/tahun, membandingkannya dengan pria yang pernah dikencaninya selama ini, dan secara tak langsung merendahkan wanita lain yang tak berpenampilan semenarik dia.

ALDO

Analisis yang sungguh dangkal! (menatap mata Rena tajam)

RENA DIAM DAN BERFIKIR

Mungkin ini akan terlihat sangat kasar (ucap Rena agak merendah)

ALDO

Apa?

RENA

(sedikit agak ragu untuk mengungkapkan) Bila dilihat dari prespektif bisnis (menghela nafas agak berat) Ah sudahlah lupakan, mungkin ini tak patut untuk diungkap.

ALDO

Bagaimana mungkin aku berkata kalau ada wanita yang pintar, yang ada memang wanita selalu merepotkan dan bodoh!



ADEGAN 2

RENA MENDENGUS KENCANG, MENGELUARKAN HANDPHONE DARI SAKU, DAN MENELPON SALAH SATU TEMANNYA.

RENA

Bara! Ini ada rapat nggak?

BARA

Heh! Ucapin salam dum. Bukannya rapatnya besok?

RENA

Apa besok?

BARA

Emang kenapa?

RENA

Nggak-nggak papa.



ADEGAN 3

RENA MENUTUP TELEPON DAN BERSIAP BERANJAK PULANG.

ALDO

Mau kemana?

RENA

Apa pedulimu? (cuek)

ALDO

Bodoh! Kalah pemikiran ya?

RENA

Yang pasti nggak semua wanita seburuk itu, gini aja! (lamat-lamat meminta maaf) maaf ya mbak!(diucapkan lirih) wanita yang menukar kecantikan dengan uang? (berfikir) bila kecantikan dan uang sama-sama aset, uang adalah aset yang tak akan berkurang tanpa ada hal yang masuk akal yang menyebabkannya berkurang, sedang kecantikan adalah suatu hal yang masuk akal untuk dipastikan akan berkurang. Intinya uang adalah aset yang akan meningkat, sedang kecantikan adalah aset yang akan menurun. Dengan pemikiran yang seperti itu, apa kamu juga akan menganggapku seperti ia, wanita yang telah menulis di surat pembaca itu?

ALDO

Lantas apa yang akan kamu pilih?

RENA

(menatap Aldo tajam) apa itu penting bagimu?

ALDO

Enggak!

RENA

Aku pulang dulu ya

ALDO MENARIK TANGAN

RENA

Apaan! (menyentakkan tangan Aldo)

ALDO MELEPASKAN TANGAN RENA DENGAN PERASAAN MALU

RENA

Kenapa?

ALDO

Nggak papa, pulanglah!

RENA

Aku tahu…. Reisya.

ALDO

(menatap Rena tajam) maksudmu?

RENA MENDEKATI ALDO DAN TIBA-TIBA MASUK KE RUANG RAPAT. ALDO MEMBUNTUTI. RENA DUDUK DENGAN TENANG.

ALDO

Dari mana kamu tahu Reisya?



RENA

(tersenyum) kenapa kamu tak bisa memaafkan dia?

ALDO

Dari mana kamu tahu Reisya? (suara marah, berat, dan menekan)

RENA

Dulu dia hanya khilaf

ALDO

Sok tahu!

RENA

Dengan tidak memaafkan, kamu justru menyiksa dirimu sendiri, resah, dan parahnya berlaku tidak adil!

ALDO

Dari mana kamu tahu Reisya! (membentak)



RENA

Cinta pertama memang tidak mudah dilupakan ya?

ALDO MENGANGKAT TANGAN, NAMUN TIBA-TIBA MENURUNKAN KEMBALI TANGANNYA, BERGANTI MENGGENGGAM TANGANNYA DAN MENONJOKKAN KE TEMBOK.

RENA

Kenapa terlalu susah untuk memaafkan orang lain?(suara merendah)

ALDO

Aku benci dia (sambil memejamkan mata)



ADEGAN 4

PUTARAN KISAH MASA LALU KEMBALI TERKUAK.

ALDO MELIHAT JAM TANGANNYA, SUDAH SETENGAH JAM ALDO MENUNGGU REISYA DI TAMAN KOTA.

SEORANG WANITA

Sepi mas, boleh saya temenin?

ALDO

Tidak mbak terima kasih

SEORANG WANITA

Ayo mas murah kok.

ALDO

Makasih mbak, enggak beneran (risih dan melangkah menjauhi wanita tersebut)

ALDO BERJALAN MENJAUH SAMPAI POJOK TAMAN KOTA. TIBA-TIBA DILIHATNYA REISYA KELUAR DARI MOBIL PUTIH DAN MENCIUM PIPI LELAKI MUDA, SEUMURAN DENGANNYA.

REISYA

Hati-hati kak.

LELAKI

Kamu juga.

ALDO MEMBUANG KADO YANG ADA DI TANGANNYA

ALDO

Dasar sama saja (meludah)



ADEGAN 5

RENA MENENANGKAN ALDO, MENGUSAP AIR MATA DENGAN TISU.

ALDO

Kenapa kamu mengingatkan itu?

RENA

Sudah saatnya kamu memaafkan, ingat! Ibumu juga seorang wanita.

ALDO

(mendengus kencang) berat!







RENA

Berat karena kamu tak cukup lapang dada, cemburumu dulu membuatmu menutup telinga dari penjelasan Reisya.

ALDO

Kenapa kamu begitu sok tahu! Kamu sama Reisya sama-sama menyebalkan.

RENA

Terserah kamu ngomong apa! Yang harus kamu tahu, saat itu Reisya sedang bersama kakak sepupunya. Sayang belum sempat ia menjelaskan kamu sudah lulus SMA dan ganti nomor hp.

ALDO

Dasar sok tahu!

RENA

Bagaimana nggak sok tahu! Aku pacar sepupunya itu! Reisya cerita sama aku ketika melihat foto kita bersama-sama sekepanitian waktu penyambutan mahasiswa baru.

ALDO

Maaf…(meneteskan air mata)

RENA

Ku harap semuanya sudah selesai kini, dan masalah kecantikan, kecantikan itu nilai depresinya sangat tinggi, bayangkan 10 tahun lagi, apakah kecantikan akan tetap ada? Saya yakin baik aku dan Reisya tidak hanya akan mengandalkan kecantikan untuk mendekati seorang pria. Hmm…uang dan kecantikan, maukah ku beri tahu pilihanku?

ALDO DIAM DAN MENOLEH KE RENA. RENA MENDEKATKAN DIRINYA KE ALDO

RENA

(membisikkan sesuatu pada Aldo) Ilmu dan ketulusan.

KALI INI RENA MEMANTAPKAN TEKAD UNTUK PULANG

Read More......

lelah


mungkin kamu pikir saya tidak lelah dengan kehidupan yang saya pilih? saya lelah bahkan sangat-sangat lelah. Dari dulu saya telah belajar memilih dan sayalah yang belajar untuk bertanggung jawab dengan pilihan saya. Hingga di suatu masa saya menyadari bahwa saya tak memiliki apapun selain semangat dalam kehidupan ini. Saya hampir menyerah dan saya berpasrah pada Tuhan, saya tahu hidup ini bukan sekedar garisan nasib, maka disamping kepasrahan diri saya dengan sangat pelan-pelan merubah pribadi. Sangat pelan-pelan, karena saya sadar saya bukan gadis jenius yang dengan sekejab mata mampu menghasilkan perubahan besar, saya juga tahu dan saya tak ambil peduli bahwa kehadiran saya tidak diperhitungkan oleh orang lain, karena kembali lagi saya hanya sedang berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Banyak hal yang telah saya lalui, jatuh, menangis, tersedu, malu, terlalu sombong, dan semuanya. Apa kamu juga tahu? saya pernah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu, bahkan sering, namun yang mendapatkannya orang lain dan orang lain itu sering pula bertanya padaku tentang hal yang di dapatkannya.

Saya menjadi terlalu sombong, mempertanyakan tentangNya. Tuhan selama ini saya rasa Kau tengah mengajari saya arti kesiapan, kenapa dia selalu bertanya pada saya bila ia pilihanMu untuk mendapatkan pilihan saya? Bukankah saya lebih siap daripadanya? waktu itu saya gugat Tuhan. Ya itu adalah kesombongan terbesar saya. Dengan pelan-pelan saya tangkap semua makna di balik kecewa, saya mengamatinya yang memiliki keberuntungan lebih dari saya. Setelah sekian lama saya dekat dengannya, saya baru menyadari ada sesuatu yang berbeda antara saya dengan dirinya. Itulah yang menjadi penghibur diri saya, dia adalah seseorang yang baik, bahkan mungkin terlalu baik, dia yang saya kenal adalah dia yang tak pernah mengharapkan apupun selain yang diterimanya. Pertama itulah prespektif saya terhadapnya namun akhir-akhir ini saya kembali bertanya,"Benarkah? apakah kita tidak boleh memiliki harapan untuk tidak kecewa? Dan benarkah dia benar-benar merasakan bahagia dengan apa yang dia punyai?" Entahlah..tapi yang pasti saya yakin dengan kegagalan saya yakin suatu saat saya akan menghargai keberhasilan sayapun juga akan menjaga semangat saya kecuali untuk satu hal, ya mungkin untuk satu hal yang saya sendiri telah malas menyebutkannya, bisa dibilang saya sudah terlalu lelah dengan hal itu

Read More......

Senin, 20 Juni 2011

PINTU



Dalam hidup kita, kita sebenarnya mempunyai pintu kecil nan ajaib. Pintu itu mampu mencerna arti hidup lebih dalam dan bersahaja, namun sayang kadang kita terlalu mengabaikan kehadirannya. Pintu itu siap menyambungkan kita pada hal yang tak kasat mata. Di situlah kadang kita terhenti dalam persimpangan jalan, merunduk dan diam tuk mengamati ruangan-ruangan setelah pintu itu kita coba masuki, coba telusuri. Tentu kita tak akan menyesal, bila yang memasukinya adalah diri kita sendiri dan bahkan kita juga tak kan menyesal ketika ada orang lain yang memasukinya tetapi dalam ruangan tertentu. Di sadari atau tidak, kita tahu, bahwa untuk dapat orang lain memasukinya ada tangan Gaib yang mengarahkan dan membukakannya, tanpa itu mereka tak akan dapat memasukinya karena kita sebenarnya adalah pingitan di dalamnya yang tak punya kuasa apapun untuk memasukkan yang lain ke dlmnya, akan tetapi bila yang lain telah diperbolehkan memasukinya kita diberi kehendak untuk menempatkannya di ruangan manapun.
Pintu itu pernah ku rasakan Ia terbuka, tapi tak ada yang memasukinya, sebagai pingitan, menutupnya kembalipun aku tak kuasa, aku takut lantai ruangan itu akan berdebu waktu itu, dan benarlah yang aku takutkan! Kali ini kembali lagi ku rasakan hal yang sama maka ku benar2 memohon padaNya, jangan lagi buka pintu itu bila tak ada yang mengetuk atau tak ada yang akan Penguasaku masukkan di dalam, beri aku kuncinya yang hanya ingin ku buka bila ada yang mengetuknya terlebih dahulu, beri pula pintuku gembok ajaib yang tidak pula bisa ku buka sebelum ia diketuk, selebihNya ku kembalikan padaMu. Karna Kau lah pemilikku yang nyata

Read More......

Senin, 13 Juni 2011

Surat Untuk Tuhan


pernah ketika aku masih kecil aku selalu bertanya, siapa dan seperti apa penciptaku? aku selalu berdoa dengan keluguanku agar aku bertemu dengannya, bercerita banyak, dan memeluknya. Aku selalu berharap di malam yang gelap Ia akan jadi milikku dan menengokku untuk berbicara banyak tentang aku dan segala penciptaanNya. Aneh, aku memang kadang berfikir Kau akan mengunjungiku dan Kau akan benar-benar nyata hadir di hadapku. Hingga 19 tahun Kau tak pernah benar-benar hadir seperti yang ku ingini di waktu kecil, tapi ku bisa merasakan kehadiranMu lewat hal-hal yang Kau tentukan padaku.
Tentunya ku harus banyak memujiMU, ku harus banyak berkata terima kasih dan selalu mencoba mendahulukanMu daripada kepentinganku, tapi yang seharusnya bukanlah yang ku lakukan. Kerap kali ku cintai ciptaanMu melebihi ku cintai diriMu, ah ku rasa Kau cemburu hingga mematahkan hatiku berkali-kali pula. Jarang bahkan sering ku lupa kewajibanku tuk berjumpa dengan kehadiratMu, hanya lima kali dengan azan yang mengingatkan, tapi terlampau santai ku tanggapi panggilanmu, hingga waktu melunturkan perjumpaan kita dan Kau tak pernah marah. Jangan ditanya berapa kali ku tahu pantanganMu dan melanggarnya, ku katakan dalam hatiku,"Maafkan aku, hanya sekali ini saja." Kau diam dan membiarkanku namun di lain waktu ku ungkap lagi hal yang sama,"Tuhan..sekali lagi ya" seperti itulah ku merajukMu. Yang ku ingat lagi, aku terkadang mudah menyalahkanMu hingga tak ku hiraukan panggilanMu, sebagai rasa kecewaku atas takdir yang Kau gariskan untukku.
Tuhan, Kau pasti sering mendengarnya, keluhanku atas kegagalan usahaku, keluhku atas apa yang ku ingini dan orang lain terlalu mudah mendapatkannya padahal tak sekuat perjuanganku. Tuhanku, Kau pasti pernah mendengar ucapku LELAH dalam takdirku, dan semuanya Kau jawab dengan diam, dengan kebetulan kebetulan yang menyelamatkanku dari keputus-asaan.
Tuhan, ku tahu berapa sering aku menderita ku yakin sesering itu pula ku akan bahagia. Aku yakin Tuhan, manusia hanya akan mengecap manis bila ia pernah menelan pahit dengan proporsi yang seimbang semuanya akan baik-baik saja, bahkan ketika takaran itu tak seimbang, kita bisa melebihkankebahagiaan di timbangan kita dengan pemikiran-pemikiran kita.
" Tuhan, pernahkah aku meminta sesuatu yang terlalu berharga untukku menurut ukuranMu?"kadang pertanyaan itulah yang ingin aku ajukan pertama kali ketika bertemu denganMu setelah sejenak kita berbasa-basi. Maaf Tuhan aku terlalu lancang untuk semua yang aku tulis, namun percayalah tulisan ini bukanlah gugatan. Aku hanya ingin mencurahkan rasaku, aku hanya tak tahu bagaimana melogikakan tarik-ulur harapku pada takdirMu, ah sudahlah...

Tuhan... ku berprasangka harapan di malam ulang tahun setelah 19 tahun ku hidup ini tak berlebihan, aku meminta Tuhan...bantulah aku merendahkan hatiku, bantulah aku mengontrol emosiku, bantulah aku untuk menjadi pendiam dan meminimalisir pembicaraan yang tak perlu, bantulah aku untuk menentramkan hatiku, bantulah aku untuk menenangkan pikiranku selalu, bantulah aku saat mencintai mahlukmu, bantulah aku menggapai prestasiku, dan hapuskanlah dosaku, dosa kedua orang tuaku juga dosa orang2 yang menyayangiku dan yang menjahatiku.

Tuhan di malam ini aku juga ingin mengungkapkan terima kasihku pada semua orang yang telah banyak mengajarkan aku arti kehidupan entah dengan menggores luka di hatiku atau dengan kelembutannya mengajariku. Ku mohon jagalah mereka Tuhan dan maafkan mereka bila lukaku ternyata juga membuat lukamu, berkahi mereka pula yang membahagiakanku dengan keberkahan yang senantiasa mengalir.
Tuhan besok aku ingin menjadi pribadi yang baru, izinkan aku Tuhan, merendahkan hatiku, melembutkan perangaiku dan penuhilah aku dengan ilmu dan kebermanfaatan untuk sesamaku. Tuhan demi Mu yang menggenggam Jiwaku dekatkanlah aku pada kebaikan dan jagalah aku, agar aku semakin mencintaiMu... aku mohon, itu harapku, semoga kelak ku benar2 mampu menjadi wanita yang Kau angkat derajatnya, menjadi perempuan yang layak kau pertemukan dengan Fatimah dan istri2 nabi, menjadi yang teridhoi dan tersyafaati.. ku tutup surat ini dengan kata yang paling Kau sukai..Alhamdulillah...

Read More......

Minggu, 22 Mei 2011

AH...


ku coba bunuh waktu ku dulu
ah..tidak untuk saat ini
inginku lumpuhkan saja takdirku
dengan ku hidupkan waktu,
satu demi satu ku sibak misteri,
namun belum juga ku temukan kau dalam setiap sibak
ah..lelah!
tapi ku tak ingin binasa dan menyerah

Read More......

Selasa, 17 Mei 2011

LELAKIKU YANG MANJA (Flash Fiction)


Oleh Dyah Prabaningrum

Seharusnya memang seperti inilah yang terjadi. Kau lelakiku yang manja tak lagi menelpon atau meng-smsku. Ehm..bila ku ingat tentangmu, yang selalu mengutarakan apapun yang kau alami seharian, yang selalu memintaku mengechek tugas-tugasmu meski kau sadar aku lain jurusan denganmu, yang selalu memintaku untuk menemanimu ke kampus saat kamu bermasalah dengan nilai-nilaimu, ah...ku rasa kau malah memperlakukanku seperti seorang ibu. Kadang bahkan sering kau sms aku hanya untuk mengecheck bagamana kabarku, padahal malamnya kita telah bertemu, kau selalu meminta aku menerangkan pula hari-hariku, namun ketika aku berkata,"Kau dulu yang ceritakan apa saja yang terjjadi padamu hari ini?" kau akan bercerita tanpa henti dan lupa untuk balik bertanya padaku lagi lantas di sisimu aku akan diam sembari mengamati dengan jelas lekuk wajah yang Tuhan ciptakan secara sempurna.

HAHAHAHAHAHA...bukan, bukan karena kau tampan aku ada untukmu, tentu saja bukan karena itu, tapi aku juga tak pernah tahu mengapa. Oh apakah dulu aku jatuh cinta padamu? sebuah tanya yang sampai detik ini tak mampu ku jawab, yang pasti aku merasa dengan di dekatmu aku fungsikan dengan benar dua telingaku. Begitulah dulu, hari-hariku di isi sms tentangmu, lebih tepatnya tentang kegiatanmu, dan kaupun selalu memerhatikanku seolah kakak yang mencemaskan adiknya. Pernah kau katakan padaku,"Kau seperti ibuku." Aku cukup tersenyum mendengarnya. Ehem.. aku juga ingat, kau juga sering mengundangku hanya untuk menungguimu bermain PS dengan temanmu, kau cukup pintar, kau akan sediakan makanan kesukaanku dan setumpuk majalah, kadang aku bertanya dalam hatiku,"Untuk apa pula ku menungguimu bermain PS? padahal jelas sudah kau dan temanmu takkan memedulikan aku, lebih peduli dengan stick PS yang kau mainkan." Atas pertanyaan dan keraguan dalam tindakanku, aku hanya menggeleng pelan.

Terkadang kau juga tiba-tiba memintaku memasakkanmu, ku kerjai kau, ku masakkan sarden, katamu enak sekali, dan aku hanya tertawa terbahak. Banyak hal yang seharusnya menjadi kenangan indah kita atau mungkin satu hal saja yang kau kenang tapi belum ku catatat sebelumnya, saat hujan yang aku benci mengguyur pelatan, kau tarik tanganku apahal tak sedikit mauku bersentuh dengan hujan itu. Tapi kau terus menarikku, hingga basah kuyup ku rasakan, dan kau mengerjai aku, menyipratkan air itu ke mataku, au...ku pun membalasnya dan kita bermain bersama hujan. Letih sesudah itu membuatmu berkata padaku,"Kau tahu bila kau terus membenci, tak kan kau temui bahagia inikan?" Lagi-lagi ku hanya bisa tersenyum mendengar tuturmu.

Hingga pada suatu masa yang tak ku maui. Kau menelponku lewat tengah malam, nadamu ketakutan, dan ku tanya,"Ada apa?" Kau katakan padaku,"Aku mau bertemu denganmu." Ku katakan,"Ini dah larut malam, tak mungkin ku keluar." Tapi di sana kau sungguh begitu ketakutan, ku tanya lembut,"Mengapa? sambil ku suruh tata emosimu." Akhirnya kau bercerita, lama ku dengar ceritamu ada nada resah, takut, dan kebingungan. Katamu, tiga bulan yang lalu kamu bertemu mantanmu, dan telah dua bulan ini ia tak menerima tamu yang tak rutin terjadi padanya walau rutin terjadi pada wanita. Tamu itu adalah tamu wanita sekaligus pertanda ada tidaknya sesuatu yang lain hidup di rahimnya. Kali ini ku rasa bukan nafasnya yang tersendat sendat, nafaskupun juga, entah kenapa aku merasa tertipu, di akhir cerita kau pinta maaf berkali-kali, tanpa kau tahu hujan yang aku benci membasahi wajahku.

Sejak saat itu ku putuskan untuk tidak membalas sms rutinmu, ku katakan cerita kita telah usai, ada wanita yang lebih berhak kau manjakan dan menjadi tempat manjamu.
Lelakiku... Percayalah, bukan aku tak mau menerimamu apa adanya, tapi lebih karena aku wanita, aku mempunyai hati yang sama dengan wanitamu kini.

Read More......

Selasa, 10 Mei 2011

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY : KAJIAN FEMINISME.

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY : KAJIAN FEMINISME.
Oleh :
Lisna Puji Wijayanti ( Ketua, 2150408021) 2008
Dyah Prabaningrum ( Anggota, 2150408015) 2008
Nurul Fitri ‘Amalia ( Anggota, 7211409051) 2009

ABSTRAK
Kajian Feminisme ikhwal karya sastra yang ternyata masih langka. Penulisan artikel ini berfokus pada salah satu aspek dari masalah feminisme yakni “ Ketidak Adilan Gender Dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy”. Kajian ini meliputi : 1) Bagaimana bentuk ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy, 2) Apa penyebab ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Tujuan penelitian ini ialah 1. Mendeskripsi ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy dengan menggunakan analisis sastra feminis. 2. Mendeskripsi penyebab ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy.
Dalam hal ini penulis ingin menganalisis tentang Ketidakadilan Gender Dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy terkait dengan cara pandang terhadap peran laki-laki dan perempuan.Dengan menggunakan pendekatan deskriptif melalui teknik pustaka, simak, dan catat, peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan oleh keberadaan tokoh-tokoh pada berbagai peristiwa yang terkait dengan masalah ketidaksetaraan gender dan ketidakadilan gender.
Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang hidup ini, jika tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan, terutama terhadap kaum perempuan (Fakih, 2007: 12).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan secara rinci dasar penelitian ini sebagai berikut. Berdasarkan segi penceritaan, novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy layak untuk dikaji secara feminisme karena mengungkapkan ketidakadilan gender yaitu permasalahan perempuan yang diperlakukan tidak adil oleh kehidupan.
Kata Kunci : Feminisme dan Ketidakadilan gender.

A. Pendahuluan
Kajian feminisme ihwal karya sastra yang ternyata masih langka. Kelangkaan kajian yang demikian mendorong peneliti untuk berkecimpung di dalam bidang sastra, khususnya feminisme untuk memberikan tanggapan nyata lewat analisis kajian. Analisis kajian ini dapat dianggap upaya menanggapi kelangkaan kajian tentang ketidakadilan gender. Tidak dipungkiri bahwa ketidakadilan gender adalah masalah yang penting untuk diteliti dalam karya sastra.
Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang hidup ini, jika tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan, terutama terhadap kaum perempuan (Fakih, 2007: 12).
Tokoh-tokoh dan masalah-masalah yang dimunculkan dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban menunjukkan adanya ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender. Pada dasarnya, novel tersebut menceritakan perjalanan hidup Nisa sebagai tokoh utama yang menemui beberapa masalah dan mengalami ketidakadilan gender dalam hubungannya dengan tokoh-tokoh yaitu Samsudin, Khudori, Kalsum, dan Rizal. Nisa yang diperlakukan tidak adil, karena dia perempuan yang selalu dinomor duakan dalam kehidupan, sedangkan yang lebih diutamakan adalah laki-laki. Semua yang dilakukan harus atas izin laki-laki. Sehingga laki-laki bisa berbuat semena-mena dalam kehidupan ini.
Ketidakadilan gender yang terkandung dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban terkait dengan cara pandang terhadap peran laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan ditunjukkan oleh keberadaan tokoh-tokoh yang mengalami berbagai peristiwa yang terkait dengan masalah ketidaksetaraan gender dan ketidakadilan gender.
B. Kajian Teoretis
Karya sastra merupakan pencerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra pengarang berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang mereka rasakan atau mereka alami. Karya sastra merupakan untaian perasaan dan realitas sosial (semua aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun baik dan indah dalam bentuk benda konkret.
Menurut Endraswara (2003:143) Sejak dulu karya sastra telah memiliki daya pikat kuat terhadap persoalan gender. Paham tentang perempuan sebagai orang yang lemah, lembut, permata, bunga, dan sebaliknya pria sebagai orang yang cerdas, aktif dan sejenisnya selalu mewarnai dunia sastra sampai sekarang. Paham yang sulit dihilangkan dan terjadinya hegemoni laki-laki terhadap perempuan. Figur laki-laki terus menjadi the autority mengasumsikan bahwa perempuan adalah impian. Perempuan selalu sebagai the second sex, warga kelas kedua dan tersubordinasi.
Menurut Fakih (2007: 12) Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang hidup ini, jika tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan, terutama terhadap kaum perempuan.
Untuk memahami bagaimana perbedaan gender serta menyebabkan ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan yang ada. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni marginalisasi atau proses kemiskinan, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender (Fakih.2007: 12-13).
Peneyebab ketidakadilan gender ada dua yaitu penyebab intern atau individu dan penyebab ekstern atau luar individu. Penyebab intern merupakan faktor yang timbul dari dalam tokoh tersebut. Penyebabnya bisa rasa cemburu, merasa tersisihkan, dan timbul dari rasa benci.
Penyebab eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar tokoh. Biasanya dalam bentuk kondisi sosial yang terjadi saat itu, ataupun budaya yang mempengaruhi.dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban”terdapat penyebab intern dan ekstern yang mempengaruhi ketidakadilan gender.
C. Metode
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif merupakan pendekatan yang berupa pengungkapan sesuatu secara apa adanya. Pendekatan yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa perian bahasa.
Pendekatan deskriptif ini digunakan karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran atau objek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Ketidakadilan gender tersebut difokuskan pada bentuk, dan faktor yang mempengaruhi ketidakadilan gender.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak dan teknik catat berarti, peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer dan sumber data sekunder yakni sasaran penelitian yang berupa teks novel Perempuan Berkalung Sorban dalam memperoleh data yang diinginkan.
Pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan dan penyimakan novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy secara cermat, terarah, dan teliti. Pada saat melakukan pembacaan tersebut, peneliti mencatat data-data masalah ketidakadilan gender yang ditemukan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban, pembacaan dilakukan secara berulang-ulang sehingga data yang dikumpulkan dapat lebih maksimal.



4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pembacaan model semiotik yakni pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik (Riffaterre dalam Nurgiyantoro, 2007: 32-34).
Hubungan antara heuristik dengan hermeneutik dapat dipandang sebagai hubungan yang bersifat gradasi, sebab kegiatan pembacaan dan atau kerja hermeneutik haruslah didahului oleh pembacaan heuristik. Kerja hermeneutik yang oleh Riffatere disebut juga pembacaan retroaktif, memerlukan pembacaan berkali-kali dan kritis (Nurgiyantoro, 2007: 33).
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Realisasi pembaca heuristik dapat berupa sinopsis, pengungkapan teknik cerita, dan gaya bahasa yang digunakan.
Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua yang berkaitan dengan penafsiran di luar teks sastra (Pradopo, 2000: 135).
Dalam sastra, pembicaraanya terbatas sebagai metode. Di antara metode-metode yang lain, hermeneutika merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penelitian karya sastra (Ratna, 2007: 44). Dikaitkan dengan fungsi utama hermeneutika sebagai metode untuk memahami agama, maka metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra dengan pertimbangan bahwa di antara karya tulis, yang paling dekat dengan agama adalah karya sastra. Pada tahap tertentu teks agama sama dengan karya sastra. Perbadaanya, agama merupakan kebenaran keyakinan, sastra merupakan kebenaran imajinasi. Agama dan sastra adalah bahasa, baik lisan maupun tulisan (Ratna, 2007: 45).
Teeuw (dalam Nurgiantoro, 2007: 34) menyatakan cara kerja hermeneutik untuk penafsiran karya sastra dilakukan dengan pemahaman keseluruhan berdasarkan unsur-unsurnya, dan sebaliknya, pemahaman unsur-unsur berdasarkan keseluruhannya. Dari sinilah kemudian, antara lain, muncul istilah lingkaran hermeneutik (hemeneutic circle). Pemahaman karya sastra dengan teknik tesebut dapat dilakukan secara bertangga, dimulai dengan pemahaman secara keseluruhan walau hal itu hanya bersifat sementara. Kemudian, berdasarkan pemahaman yang diperoleh itu dilakukan kerja analisis dan pemahaman unsur-unsur intrinsiknya, jadi bagian per bagian. Pada giliran selanjutnya, hasil pemahaman unsur-unsur intrinsik tersebut dipergunakan, dan lebih menyanggupkan kita untuk memahami keseluruhan karya yang bersangkutan secara lebih baik, luas dan kritis.
Demikian seterusnya dengan pembacaan berulang-ulang sampai akhirnya kita dapat menafsirkan pertautan makna keseluruhan dan bagian-bagiannya dan makna intensionalnya secara optimal.
Langkah awal dalam menganalisis novel Perempuan Berkalung Sorban dalam penelitian ini adalah dengan pembacaan heuristik yaitu penulis menginterpretasikan teks novel Perempuan Berkalung Sorban melalui tanda-tanda linguistik dan menemukan arti secara linguistik.
Caranya yaitu membaca dengan cermat dan teliti tiap kata, kalimat, ataupun paragraf dalam novel. Hal itu digunakan untuk menemukan struktur yang terdapat dalam novel guna analisis struktural. Selain itu, digunakan juga untuk menemukan ketidakadilan gender yang dialami oleh Nisa sebagai tokoh uatama. Langkah kedua penulis melakukan pembacaan hermeneutik yakni dengan menafsirkan makna peristiwa atau kejadian-kejadian yang terdapat dalam teks Novel Perempuan Berkalung Sorban hingga dapat menemukan ketidakadilan gender dalam cerita tersebut.



5. Pembahasan
a. Bentuk Ketidakadlan Gender dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban” karya Abidah El Khaliegy.
Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni marginalisasi atau proses kemiskinan, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender (Fakih.2007: 12-13)
1. Marginalisasi Perempuan
Margialisasi terhadap perempuan berarti menempatkan atau menggeser perempuan kepinggiran. Disini perempuan dicitrakan lemah. Dalam novel perempuan berkalung sorban ketidakadilan gender yang berupa marginalisasi terdapat pada kutipan berikut.

“……...apa ibu belum mengatakan padamu, kalau naik kuda hanya pantas dipelajari oleh kakakmu rizal, atau kakakmu wildan. Kau tahu, mengapa ? sebab kau ini anak perempuan,nisa. Nggak pantas, anak perempuan kok naik kuda pencilakan,apa lagi keluyuran mengelilingi ladang, sampai ke blumbang segala……” (PBS hal. 7)
Nisa mengalami marginalisasi ketika bapaknya mengatakan bahwa yang pantas naik kuda adalah seorang laki-laki saja. Selain itu bentuk marginalisasi perempuan juga terdapat dalam kutipan di bawah ini:
“……..Rizal mengenakan celana kolor pendek untuk pergi mengembara kemana saja, mengelilingi sawah dan ladang, mengelilingi kampung kami. Ia juga bebas tertawa ngakak, meloncat dan naik pohon, pecicilan seperti tarzan. Tapi bapak tak pernah peduli. Bapak tidak pernah mengatakan kalau rizal, tak tahu adab, tak tahu sopan-santun. (PBS hal.45)
Tokoh utama dalam perempuan berkalung sorban (Nisa) mengalami marginalisasi saat ia merasa terpinggirkan karena ketika Rizal mengenakan celakan kolor pendek untuk pergi mengembara kemana saja, mengelilingi sawah dan ladang, mengelilingi kampong (sesuai kutipan di atas), bapaknya tidak pernah mengatakan Rizal tidak tahu adab dan tidak tahu sopan santun. Akan tetapi ketika Nisa melakukan hal yang sama seperti Rizal, Nisa dianggap Bapaknya tidak tahu adab dan tak tahu sopan-santun.
2. Subordinasi Perempuan
Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irasional atau emosional sahingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting (Fakih, 2007: 15). Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama maupun dalam aturan birokrasi yang meletakkan kaum perempuan sebagai subordinasi dari kaum laki-laki. Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan dalam kehidupan.
Subordinasi pada perempuan berkalung sorban terdapat pada kutipan dibawah ini.
“…….ruang bermainku mendapat pagar baru, lebih tinggi dan sempit untuk cakrawala penglihatanku. Tanganku mulai dilatih memegang piring, gelas, sendok, wajan, dan api pembakaran. Bau asap membuatku pusing dan tersedak bertubi-tubi. Bau bawang dan sambal terong membuatku bersin-bersin. Sampai lidahku tak pernah bisa menikmati sarapan pagi, bahkan tak juga merasakan kebebasan ketika kedua tangan ini mesti kembali mencuci piring yang dipenuhi minyak bekas makanan rizal, wildan dan bapak yang terus saja duduk di meja makan sambil ngobrol dan berdahak………..(PBS hal.8)
…………..aku sering mencuri pandang kearah meja makan yang masih terlihat dari tempat cucian. Mengamati wajah mereka yang begitu bahagia. Merdeka. (PBS hal.9)
Nisa mengalami subordinasi ketika ruang bermainnya dianggap terbatas dan ia mempunyai kewajiban domestic sementara kaum laki-laki (Bapak, Rizal, dan Wildan) selalu bebas dan tidak dituntut untuk melakukan hal-hal yang bersifat domestic seperti (mencuci piring). Selain itu subordinasi juga terjadi dalam kutipan di bawah ini:
ketika nisa bertanya pada mereka (wildan, rizal, dan bapak) kenapa mereka tertawa terbahak-bahak Wildan menjawab, “jangan begitu nisa, kita kan sedang bicara urusan laki-laki”, tambah wildan. Seperti bagi yang lain, aku tak pernah mendapatkan kesempatan untuk berbicara lebih banyak. Kecuali bersiap diri dan berangkat bersama rizal menuju ke sekolah yang tidak begitu jauh dari rumah kami. (PBS hal.10)
Dalam kutipan diatas, subordinasi tampak dengan adanya jawaban Wildan yang menyatakan bahwa Nisa tidak boleh tahu karena itu urusan laki-laki dan ia tidak mempunyai banyak kesempatan untuk berbicara. Adapun subordinatif yang lain tergambar dalam percakapan di bawah ini:
………dalam adat istiadat kita, dalam budaya nenek moyang kita, seorang laki-laki memiliki kewajiban dan seorang perempuan juga memiliki kewajiban. Kewajiban seorang laki-laki, yang terutama adalah bekerja mencari nafkah, baik di kantor, disawah, dilaut atau dimana saja, asal bisa mendatangkan rejeki yang halal. Sedangkan seorang perempuan, mereka memiliki kewajiban, yang terutama adalah mengurus urusan rumah tangga dan mendidik anak. Jadi memasak, mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu, dan merapikan seluruh rumah adalah kewajiban seorang perempuan. Demikian juga memandikan anak, menyuapi, menggantikan popok, dan menyusui, itu juga kewajiban seorang perempuan……(PBS hal.12)
Dalam kutipan diatas, subordinasi tampak dengan adanya wacana dari guru Nisa bahwa kaum laki-laki di prioritaskan bekerja diluar (di kantor, di sawah, di laut), sedangkan kaum perempuan bekerja didalam rumah (mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu). Dalam novel perempuan berkalung surban subordinasi yang terjadi pada perempuan tidak hanya di berhenti di situ tapi juga masih ada yang lain:
“benar, mbak. Habis rizal dan wildan kembali tidur, sementara nisa harus membersihkan tempat tidur dan membantu ibu memasak di dapur. Sementara rizal dan wildan masuk lagi ke kamar, katanya mau belajar, padahal nisa lihat sendiri mereka kembali tidur sehabis shalat subuh.
Diperkuat saat nisa berkata dengan ibunya, mau mengerjakan PR, ibunya tidak suka, sedangkan rizal dan wildan diperbolehkan dikamar. (PBS hal.21)
Nisa mengalami subordinasi ketika sehabis shalat subuh, ia harus membersihkan tempat tidur dan membantu ibu memasak di dapur sedangkan Rizal dan Wildan diperbelohkan ibu untuk masuk kamar (tidur).
Ibu pilih kasih gerutuku dalam hati, rizal hanya tiduran tidak dimarahi, sementara aku yang sedang belajar sesuatu palah dimarahi. (PSB hal.24)
Dalam kutipan diatas Nisa mengalami subordinasi, ketika Nisa ingin belajar sesuatu dimarahi ibunya sedangkan Rizal tiduran tidak dimarahi ibunya. seakan-akan apapun yang dilakukan Nisa itu tidak penting.
“…..tidak seperti wildan dan rizal yang bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola, main layang-layang, sementara aku disekap didapur untuk mencuci kotoran bekas makanan kita, mengiris bawang hingga mataku pedas demi kelezatan dan kelaparan perut mereka. (PSB hal.44)
Nisa mengalami Subordinasi, ketika ia disekap didapur untuk mencuci kotoran, mengiris bawang hingga matanya pedas, sedangkan Wildan dan Rizal selalu bebas bermain (bermain bola dan layang-layang).
“……”perempuan mana saja yang diajak suaminya untuk berjimak, lalu ia menunda-nunda hingga suaminya tertidur, maka ia akan dilaknat oleh allah. Kemudian lanjutnya, perempuan mana saja yang cemberut dihadapan suaminya, maka dia dimurkai allah sampai ia dapat menimbulkan senyuman suaminya dan meminta keridoannya.
(anisa bertanya)” bagaimana jika istrinya yang mengajak ke tempat tidur dan suami menunda-nunda hingga isteri tertidur, apa suami juga dilaknat allah, pak kiai?
(pak kiai)”tidak. Sebab tak ada hadis yang menyatakan seperti itu. Lagi pula, mana ada seorang istri yang mengajak lebih dulu ke tempat tidur. Seorang istri biasanya pemalu dan bersikap menunggu. (PBS hal.80)
Dalam kutipan diatas Nisa mengalami subordinasi, setelah Nisa belajar tentang kitab dan didalam kitab terdapat kutipan seperti diatas. Nisa merasa betapa malangnya menjadi seorang perempuan, jika tidak boleh menolak semua yang bertentangan dengan hati nurani dan tidak mnedapatkan kesempatan untuk mengutarakan keinginannya.
3. Stereotipe Perempuan
Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandan terhadap suatu kelompok tertentu. Celakanya stereotipe selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Di bawah ini adalah kutipan stereotipe pada perempuan dalam novel ”Perempuan Berkalung Sorban”
…..”lagi pula bukankah dulu sebelum punya anak, lek umi sendiri yang memutuskan punya anak? (pertanyaan nisa kepada lek umi).
(jawaban lek umi) memutuskan ingin punya anak, aku yang memutuskan, kau ini bicara apa Nis?
…..”tetapi aku benar-benar tidak mengerti tentang itu, Nis.
“maksudmu, kau tidak tahu bahwa kau punya hak untuk menentukan hamil atau tidak, lek?
“iya….
Dan lek mahmud tidak pernah menanyakan padamu, apa kau sudah siap mengandung atau belum, atau kau ingin menundanya mungkin?
Sama sekali tidak. Mungkin aku terlalu sibuk dan tak pernah membicarakan masalah seperti itu.
Yang sibuk itu hanya kamu,lek, sebab kau tangani sendiri dan masalah seperti itu harusnya dibicarakan dulu berdua dan kaulah yang berhak menentukannya, sebab kaulah yang akan menanggung bebannya. (PBS hal265-267).
Dalam kutipan diatas lek Umi mengalami stereotipe, lek Mahmud tidak pernah menanyakan pada lek Umi, apakah lek Umi sudah siap mengandung atau belum. Lek Umi mempunyai hak untuk menanyakan hal itu kepada lek Mahmud. Tetapi lek Umi tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menanyakan hal seperti itu karena lek Umi merasa takut kalau nanti lek Mahmud marah .
4. Kekerasan Perempuan.
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat.
“…..Lalu mengguling-gulingkan tubuhku dengan paksa. Dengan paksa pula ia buka bajuku, dan semua yang menempel di badan.
“Aku meronta kesakitan, tetapi ia kelihatan semakin buas dan tenaganya semakin lama semakin berlipat-lipat.
“….kedua tangannya mencengkeram bahuku sekaligus menekan kedua lenganku.
“Aku hendak berteriak, tapi kalah cepat dengan telapak tangannya yang membungkam mulutku.
“O,ya, tahu apa kau tentang perilaku muslim, isteriku sayang?” Sambil mencemooh, tangan kanannya bergerak ke arah dada kiriku dengan keras. Aku kembali kesakitan.
(PBS hal 96-97)

Dalam kutipan diatas Nisa mengalami kekerasan perempuan, saat Nisa diperlakukan secara paksa oleh Samsudin untuk melayani hasrat seksual dengan paksaan, sehingga Nisa mengalami kesakitan, ketika tangan kanan Samsudin bergerak ke arah dada kiri Nisa dengan keras. (PBS hal 96-).
“…..Jika sekali waktu ia mendapatiku telah berganti tempat tidur di atas kursi untuk menjauhinya, ia akan menyeretku kembali ke atas ranjang dan mengikat tubuhku dalam pelukannya.
“….Seolah aku perempuan budak yang baru dibeli dari rampasan perang Khaibar. Sehingga ia tak sedikitpun merasa bersalah pada tingkahnya. (PBS hal.99)

Nisa mengalami kekerasan dalam bentuk pemaksaan dalam keluarga. Ketika Nisa di seret kembali ke atas ranjang yang mengakibatkan ia berimajinasi seolah-olah Nisa perempuan budak yang baru dibeli dari rampasan perang Khaibar.
“…Sering ketika aku sedang mengepel lantai, ia datang diam-diam dari belakang, mendekapku, mencumbuiku dan memaksaku untuk bermain cinta di lantai itu juga tanpa memberi kesempatan kepadaku, bahkan sekedar untuk bernafas dari jepitan mulutnya yang dipenuhi oleh bau asap rokok. (PBS hal.102)

Nisa mengalami kekerasan dalam bentuk pemaksaan dalam Keluarga, ketika Nisa dipaksa Samsudin untuk bersenggama di lantai tanpa memberi kesempatan kepada Nisa untuk menjawab mau atau tidak.
“…..Bahkan ia juga memilih kesukaannya bagian-bagian mana dari tubuhku untuk dicengkeram. Dicakar-cakar semaunya, seakan aku ini kambing kurban yang sedang berada di tangan penjagal.
“….lalu menggeram untuk kemudian menekan kuat-kuat wajahku diatas bantal sambil mengeluarkan sumpah serapah tujuh turunan dan kata-kata makian yang diambil dari kamus kebun binatang. Setelah menampar, mencekik dan menjambak rambutku dengan pebuh kebiadaban, setelah melihat tenagaku lemas tak berdaya, ia pergi sambil meludahi wajahku berkali-kali. Busuk sekali bau ludahnya.(PBS hal. 102-103)

Nisa mengalami kekerasan dalam bentuk serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga. Ketika Nisa dicakar-cakar semaunya, ditekan kuat-kuat wajahnya diatas bantal, menampar, mencekik dan menjambak rambutku dengan pebuh kebiadaban oleh Samsudin.
“….ia memaksaku untuk melayani seluruh sisa-sisa tenaganya, hingga nyeri itu semakin berlipat dan menjalar ke dalam perut bersama rasa sakit dan mual yang tak terkira. (PBS hal.108)

Dalam kutipan diatas Nisa mengalami kekerasan dalam bentuk pemerkosaan dalam perkawinan yang dilakukan Samsudin untuk mendapatkan pelayanan seksual tanpa kerelaan Nisa.
“Sudah! Sudah! Dasar perempuan gila. Aku tak perlu bicara denganmu, dengan lidah kasarmu! Aku muak! Aku menyesal telah menikahimu, wanita lancang. Dasar ….(ia menyebut kata-kata kotor yang sulit kutirukan di sini) Oke! Mulai hari ini kita akan tidur terpisah dan jangan coba-coba untuk menasehatiku, lidah ular!”

Dalam kutipan diatas Nisa mengalami bentuk pelecehan seksual yang dilakukan oleh Samsudin dengan menyampaikan kata-kata kasar pada Nisa.
5. Beban Kerja Perempuan
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Hal tersebut dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban“ terdapat pada kutipan dibawah ini
“Apa semua pekerjaan rumah tangga, lek Umi sendiri yang menangani bukankah lek Mahmud juga suka turun tangan?
“Paling-paling yang dikerjakan mas Mahmud hanya menyuapi Sania kalau pagi. Selebihnya aku semua yang mengerjakan. Kau bisa bayangkan betapa capeknya, dari mencuci baju dan prabot dapur, menyapu, mengepel, memasak, dan menyetrika pakaian. Kadang-kadang mas Mahmud kadang mau juga menyetrika, jika kebetulan Sania rewel dan minta bersamaku.





b. Penyebab ketidakadilan gender pada novel “Perempuan Berkalung Sorban” karya Abidah El Khaliegy.
Peneyebab ketidakadilan gender ada dua yaitu penyebab intern atau individu dan penyebab ekstern atau luar individu. Penyebab intern merupakan faktor yang timbul dari dalam tokoh tersebut. Penyebabnya bisa rasa cemburu, merasa tersisihkan, dan timbul dari rasa benci.
Penyebab eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar tokoh. Biasanya dalam bentuk kondisi sosial yang terjadi saat itu, ataupun budaya yang mempengaruhi.dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban”terdapat penyebab intern dan ekstern yang mempengaruhi ketidakadilan gender.
1. Faktor Intern
Penyebab ketidakadilan gender dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban” berasal dari dalan individu sendiri karena lemahnya tokoh wanita sehingga terjadi dominasi atas laki-laki. Hal tersebut termanifestasi dalam kutipan dibawah ini.
“Aku meronta kesakitan, tetapi ia kelihatan semakin buas dan tenaganya semakin lama semakin berlipat-lipat.
“….kedua tangannya mencengkeram bahuku sekaligus menekan kedua lenganku.
“Aku hendak berteriak, tapi kalah cepat dengan telapak tangannya yang membungkam mulutku.
(PBS hal 97)
Kutipan diatas menggambarkan terjadinya dominasi atas laki-laki karena lemahnya fisik perempuan sehingga terjadi pemerkosaan yang dilakukan Samsudin terhadap Nisa. Saat Nisa diperlakukan senonoh ia berusaha melawan walaupun hanya dengan teriakan, akan tetapi kalau cepat dengan telapak tangan samsudin yang membekap mulut Nisa. Adapun faktor intern lainnya adalah rasa cemburu yang dihadapi tokoh utama (Nisa) hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.
“……...apa ibu belum mengatakan padamu, kalau naik kuda hanya pantas dipelajari oleh kakakmu rizal, atau kakakmu wildan. Kau tahu, mengapa ? sebab kau ini anak perempuan,nisa. Nggak pantas, anak perempuan kok naik kuda pencilakan,apa lagi keluyuran mengelilingi ladang, sampai ke blumbang segala……” (PBS hal. 7)
“…..tidak seperti wildan dan rizal yang bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola, main layang-layang, sementara aku disekap didapur untuk mencuci kotoran bekas makanan kita, mengiris bawang hingga mataku pedas demi kelezatan dan kelaparan perut mereka. (PSB hal.44)
“……..Rizal mengenakan celana kolor pendek untuk pergi mengembara kemana saja, mengelilingi sawah dan ladang, mengelilingi kampung kami. Ia juga bebas tertawa ngakak, meloncat dan naik pohon, pecicilan seperti tarzan. Tapi bapak tak pernah peduli. Bapak tidak pernah mengatakan kalau rizal, tak tahu adab, tak tahu sopan-santun. (PBS hal.45)
“…….ruang bermainku mendapat pagar baru, lebih tinggi dan sempit untuk cakrawala penglihatanku. Tanganku mulai dilatih memegang piring, gelas, sendok, wajan, dan api pembakaran. Bau asap membuatku pusing dan tersedak bertubi-tubi. Bau bawang dan sambal terong membuatku bersin-bersin. Sampai lidahku tak pernah bisa menikmati sarapan pagi, bahkan tak juga merasakan kebebasan ketika kedua tangan ini mesti kembali mencuci piring yang dipenuhi minyak bekas makanan rizal, wildan dan bapak yang terus saja duduk di meja makan sambil ngobrol dan berdahak………..(PBS hal.8)
…………..aku sering mencuri pandang kearah meja makan yang masih terlihat dari tempat cucian. Mengamati wajah mereka yang begitu bahagia. Merdeka. (PBS hal.9)
“benar, mbak. Habis rizal dan wildan kembali tidur, sementara nisa harus membersihkan tempat tidur dan membantu ibu memasak di dapur. Sementara rizal dan wildan masuk lagi ke kamar, katanya mau belajar, padahal nisa lihat sendiri mereka kembali tidur sehabis shalat subuh.
Diperkuat saat nisa berkata dengan ibunya, mau mengerjakan PR, ibunya tidak suka, sedangkan rizal dan wildan diperbolehkan dikamar. (PBS hal.21)
Ibu pilih kasih gerutuku dalam hati, rizal hanya tiduran tidak dimarahi, sementara aku yang sedang belajar sesuatu palah dimarahi. (PSB hal.24)
Dari kutipan beberapa diatas dapat kita lihat bahwa Nisa merasa cemburu karena perlakuan orang tua (Bapak dan Ibu tokoh utama terhadap Nisa (perempuan) dengan kakaknya (laki-laki) dibedakan. Laki-laki seolah-olah bebas melakukan tindakan sesuka hatinya sedangkan perempuan tidak bebas melakukan hal-hal yang disukai.




2. Faktor Ekstern
Pada dasarnya penyebab ketidakadilan gender dari faktor ekstern yang terjadi dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban” adalah akibat idiologi patriarkal dan penanaman nilai agama dimana landasan kitab dan hadis yang dipakai berpihak pada laki-laki.
idiologi patriarkal dapat dilihat dalam novel Perempuan Berkalung Sorban pada kutipan dibawah ini
………dalam adat istiadat kita, dalam budaya nenek moyang kita, seorang laki-laki memiliki kewajiban dan seorang perempuan juga memiliki kewajiban. Kewajiban seorang laki-laki, yang terutama adalah bekerja mencari nafkah, baik di kantor, disawah, dilaut atau dimana saja, asal bisa mendatangkan rejeki yang halal. Sedangkan seorang perempuan, mereka memiliki kewajiban, yang terutama adalah mengurus urusan rumah tangga dan mendidik anak. Jadi memasak, mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu, dan merapikan seluruh rumah adalah kewajiban seorang perempuan. Demikian juga memandikan anak, menyuapi, menggantikan popok, dan menyusui, itu juga kewajiban seorang perempuan……(PBS hal.12)
Kutipan diatas menggambarkan penyebab ekstern dari ketidakadilan gender yang dialami perempuan dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban” sehingga menimbulkan manifestasi ketidakadilan gender berupa sub koordinasi terhadap perempuan.
Penanaman nilai agama dimana landasan kitab dan hadis yang dipakai berpihak pada laki-laki.
…..ketika jadwal belajar kitab harus dilaksanakan dan bintang dilangit mulai bertebaran, para santri mulai bergegas menuju serambi masjid disebelah kiri. (PBS hal.78)

…..ustad Ali mulai mensitir sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi bernama Abdulah Bin Mas’ud R.A yang berbunyi,”Perempuan mana saja yang di ajak suaminya untuk berjimak lalu ia menunda-nunda hingga suaminya tertidur, maka ia akan dilaknat oleh Allah”. Kemudian lanjutnya, “perempuan mana saja yang cemberut dihadapan suaminya maka dia dimurkai Allah sampai ia dapat menimbulkan senyuman suaminya dan meminta keridhoannya.”(PBS hal 79-80).
Hanya hak-hak laki-laki yang disebutkan ustad Ali, sedangkan hak-hak perempuan tidak pernah disebutkan. Contoh selain hadis diatas yang menyebutkan hak-hak laki-laki adalah
“Apabila seorang perempuan berkata kepada suaminya. Ceraikanlah aku! Maka ia akan datang pada hari kiamat nanti dengan muka tidak berdaging, lidahnya keluar dari kuduknya dan terjungkir dikerak jalanan, sekalipun siang hari dia berpuasa dan malam hari bangun shalat selamanya. (PBS hal 76).

“perempuan yang mengeraskan suara terhadap suaminya, maka segala sesuatu yang terkena sinar matahari akan melaknatinya. (PBS hal.77)

Hadis-hadis tersebut menyebabkan pemahaman bahwa perempuan harus menghamba pada laki-laki sehingga dapat mengakibatkan ketidakdilan gender yang berbentuk stereotipe yang termanifestasikan dalam kekerasan terharap perempuan.
6. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Manifestasi ketidakadilan gender yang ditemukan dalam penelitian ini mencangkupi semua hal yaitu marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan perempuan, beban kerja perempuan. 2) Penyebab terjadinya ketidakadilan gender adalah faktor intern dan ekstern. Penyebab intern ketidakadilan gender dalam novel ”Perempuan Berkalung Sorban” adalah lemahnya fisik tokoh perempuan dan kecemburuan sosial tokoh perempuan terhadap tokoh laki-laki. Sedangkan faktor ekstern dikarenakan idiologi patriarkal serta penanaman nilai agama dimana landasan kitab dan hadis yang dipakai berpihak pada laki-laki.

7. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ketidakadilan gender dapat diminimalisir dengan cara memahami faktor-faktor penyebab ketidakadilan gender dan apabila hal tersebut merupakan manifestasi dari budaya patriarkal, hal tersebut dapat diminimalisir dengan diskusi bersama lawan jenis sebelum menikah. Agar terjadi titik temu pola pemikiran sehingga saat berumah tangga, tidak terjadi rasa tidak adil yang menyebabkan faktor internal muncul seperti kecemburuan sosial, merasa tersisihkan, dan timbul rasa benci. Diskusi tersebut juga dapat menjadi pengingat ketika “laki-laki” ingin melakukan kekerasan terhadap perempuan terhadap ” isteri”. Apabila ketidakadilan gender itu disebabkan karena penanaman nilai agama yang cenderung berpihak terhadap hak laki-laki maka sebaiknya baik perempuan maupun laki-laki memperdalam pemahaman agama terutama yang berkaitan dengan hak-hak perempuan yang terdapat didalam ajaran agama.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itulah peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi pemicu untuk mengembangkan wacana kritik sastra feminis secara lebih luas. Hal ini bukanlah mustahil jika mengingat bahwa gender adalah masalah local yang berbeda-beda menurut tempat, waktu, dan kondisi sosio kultur masyarakatnya.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan dalam anĂ¡lisis novel “Perempuan Berkalung Sorban” peneliti berharap agar ada penelitian yang lebih mendalam untuk mengkaji ketidakadilan gender dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban”.

8. Daftar Pustaka

Abidah El Khalieqy. Perempuan Berkalung Sorban. Yogyakarta:Arti Bumi Intaran ; 2001.
Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2007.
Ema Markumah. Konstruksi Sosial Gender di Pesantren. Yogyakarta: LkiS;2011.
Furqonul Azies, Abdul Hasim. Menganisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia;2010.
Lorraine Gamman, Margaret Marshment. Tatapan Perempuan.Yogyakarta: Percetakan Jalasutra;2010.
Mansoeur Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007.
Nelly Van Doorn- Harder. Meningbang Tafsir Perempuan Terhadap Alqur’an.Salatiga: Pustaka Percik.
Rachmat Djoko Pradopo. Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:Gajah Mada University Press; 2000.
Sri Wahyuningtyas, Wijaya Heru Santoso. Sastra:Teori dan Implementasi.Surakarta:Yuma Pressindo; 2011.
Suwardi Endraswara. Etika Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: PT Suka Buku;2010.
Syarif Hidayatullah. Teologi Feminisme Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;2010.

Read More......

Selasa, 26 April 2011

entah

Oleh: Dyah Prabaningrum

yang ku kenang tlah berselimut menjelma menjadi kebinasaan..
terkapar dalam rasa yang terpendam..
dan kau tak tanya jawabku...
diam...
ah kau berfikir terlalu lama..
PENATku berteman dengan bosan

Read More......

Minggu, 24 April 2011

cemburu


oleh Dyah Prabaningrum(D*pra)

Ku lihat Kau dalam langkahnya
mengikutinya....
dan aku cemburu saat Kau menyapanya lbh mesra,,,
tp ku tahu Kau tak mengabaikanku,
kau hanya ingin mengajariku untuk membedakan perlakuan pada tiap individu..
bukan berarti membeda-bedakan,
tapi itulah cara kita memahami satu sama lain..
.CEMBURUKU=KESADARANKU..
Smg menjadi perjuanganku, jln menuju yang ma'ruf

Read More......

jejak

oleh Dyah Prabaningrum(D*Pra)

kau yang tertinggal dalam tarik hela nafasku
dan ku menemukan geliat pikiranmu,
meraba pikiranku dengan halus,
pelan tapi pasti...
JEJAK kan tertinggal walau tak ku hafal siapa gerangan...
Aku pemujamu dalam setiap langkah jarimu yang bermain di atas tubuh perangkai makna... Kita dan kata menyatu

Read More......

Jumat, 08 April 2011

aku suka gaya...(4)

sudah seminggu ini dyah tak menghasilkan tulisan apapun. Dyah seolah "mati" dalam berkreasi, hingga tiba2 tadi dyah ingat tentang persahabatan kita yang lama tak dyah rasakan karena jarak dan kesiukan masing2..manis..dimana dan sedang apa kamu di sana? Ems..begitulah ku panggil "dia" manis. kita memng 2 individu yang jauh brbeda, ia sabar, manis, dan memiliki senyum yang bagus. Dulu kita bagai dua sejoli yang selalu ada, hingga kakak kelas kami menjuluki kami pinang digepuk, aku yang serpihannya, kamu yang lbh utuh. Ada juga yang selalu bertanya padaku bila kita tak bersama," Mana soulmate-mu? ingat juga nggak ketika aku sering mengantar kamu ke rumah sakit, dan ada si bapak tukang bangunan yang berkata,"Eh si kembar lewat, hahahahhahahah....padahal jelas2 kita berbeda... Dan ingat nggak ketika kita makan satu piring dan waktu itu ada Fitri, kita makan satu piring ber3..eh ternyata malah di gratisi seseorang yang ngefans sama kamu...ADuhhhhhhhhhhh malunya..kwkakkakakakak. Ingat juga nggak ketika kita sering menceritakan orang yang memang pantas dikagumi dan nangudzubillah minzalit (semoga itu tidak terjadi pada kita kelak) dengan kepolosan yang ada membayangkan menjadi istri I dan II...hahahahah katanya setiap makan aku yang mengambilkan nasinya, kmu yang mengambilkan sayurnya..kwkwkwkwkw..ternyata apa yang telah kita lalui terekam secera sempurna di benak ku..manis..bila kelak kamu telah menikah jangan lupakan aku.....hahahahahhaha...uh ya kapan kita isa berkumpul bersama lagi..asal jangan 1 rumah tangga..kkwkwkwkwkw

Read More......

Kamis, 31 Maret 2011

novel perdanaku dah terbit...(VI LAIN)

ISBN: 978-602-9079-42-5

Terbit: Maret 2011

Tebal: 112 halaman

Harga: Rp. 29.600,00



penulis: Dyah Prabaningrum (D*pra)

CARA MEMBELI

BUKA WEB http://www.leutikaprio.com/produk/10041/novel/110378/vi_lain/1103822/dpra




Seorang gadis yang selalu ceroboh dalam kehidupannya, hingga memilih program studi untuk kuliahnya pun ceroboh. Ia salah memilih program studi, tidak seperti yang diinginkan orang tuanya. Ia pun banyak merasa bersalah. Hingga ia bertemu dengan seseorang yang mengajarinya banyak hal. Dia mengagumi teman barunya yang bernama Viana, bukan hanya dalam penampilannya, tetapi juga pola pikirnya.

Hingga suatu saat, ketika ia merasa terpuruk oleh kesalahannya, Viana mengajarinya bangkit dengan filosofi kuda. Dengan “filosofi kuda” yang diajarkan Viana, gadis itu pun bangkit dan menapaki hidupnya dengan penuh semangat. Berbekal dengan “filosofi kuda”, ia pun mendapatkan banyak sahabat baik.



Kegokilan sahabat-sahabat si “aku”, tokoh utama dan “aku” sendiri menjadi pengindah hari-harinya. Hingga suatu ketika si “aku” harus menghadapi kenyataan bahwa adik kosnya yang dianggap adiknya sendiri memiliki kekasih yang ia idamkan. Masihkah hari-harinya seindah khayalannya?





CARA MEMBELI

BUKA WEB http://www.leutikaprio.com/produk/10041/novel/110378/vi_lain/1103822/dpra



MOHON UNTUK MEMBANTU PUBLIS

Read More......

Sabtu, 19 Maret 2011

Dasar Filsafat

Aku hanya ingin bercerita, tapi tidak mewajibkan kau membacanya
Oleh Dyah Prabaningrum(D*pra)


Mungkin ini akan menjadi tulisan yang berbeda dan mungkin ini akan menjadi tulisan yang menjemukan ketika dibaca. Dan ketika engkau membacanya dan mengerutkan dahi, mengapa? Tak salah bila ku katakan engkau mulai ragu dan mulai berfikir filsafati. Lantas sebenarnya apa itu filsafat? Yang pasti filsafat dimulai dari sebuah keraguan dan pertanyaan yang tak kunjung usai untuk mencari kebijaksanaan, entah dalam diri atau lingkungan. Engkau tahu kenapa? Karena muasal kata filsafat itu sendiri konon katanya dari Yunani”philoshopia” yang philos yang berarti teman,sahabat, kawan, atau bila ditinjau lagi lebih dalam dari asal katanya philein yang berarti mencintai dan shopia berarti kebijaksanaan. Bila sudah tau asal maknanya, silahkan kau raba sendiri maknanya. Dan bila kau ingin lebih lanjut membaca ceritaku, maka bolehlah kau teruskan membaca tulisanku.
Bila boleh menyatakan penggolongan filsafat, menurut beberapa sumber yang tentunya pernah Dyah baca, penggolongan filsafat Yunani Kuno dibedakan menjadi dua: Pra-Socrates dan Socrates. Dan temen-temen boleh mengingat mas Subhan saat menyebut nama-nama Thales (625-545 SM), Pythagoras(580-500 SM), Parmenides (540-475 SM), itu adalah contoh-contoh Filsuf Pra-Socrates, namun sebenarnya masih ada banyak filsuf Pra-Socretes lainnya, yaitu sebagai berikut:
• Anaximandros (610-540 SM)
• Anaximenes (538-480 SM)
• Pythagoras (580-500 SM)
• Xenophanes (570-480 SM)
• Herakleitos (540-475 SM)
• Parmenides (540-475 SM)
• Empedokles (492-432 SM)
• Anaxagoras (499-420 SM)
• Demokritos (460-370 SM)
Lantas siapa filsuf masa Socrates? Ya tentunya selain Socrates, muridnya Plato dan muridnya Plato: Aristoteles. Mungkin itu telah dibahas dalam pembahasan yang dilakukan mas Isa. Ingat nggak ia juga menyebut kaum sofis…ems…kaum sofis itu juga hidup di masa Socrates, dengan tokohnya Protagoras (480-411 SM) dan Gorgias (480-380 SM).
Terus apa sih yang dipelajari mereka? Ketika temen-temen bertanya tentang “apa” temen-temen telah mengaplikasikan satu landasan filosofis yang disebut ontologi, dan ketika pertanyaan itu berlanjut dengan kata”bagaimana mereka mendapatkan pengetahuan tentang”apa” maka temen-temen berlanjut pada landasan filosofis yang ke-2 yaitu epistimologi, dan terakhir ketika temen-temen menanyakan”untuk apa”sih mereka mempelajari semua itu? Temen-temen telah masuk ke landasan ke-3”ontologis”.
Dyah nggak pengin mbahas satu persatu, yang pasti kalau temen-temen teliti membaca cerita Dyah temen-temen dari awal sudah menemukan jawaban untuk pertanyaan “bagaimana” dan “untuk apa” tapi saya yakin temen-temen nggak nemuin jawaban untuk pertanyaan “apa.” Agak serius dikit ya…. Pertanyaan “apa” itu unsur pembeda zaman Pra-Socrates dan Socrates, karena di masa Pra-Socrates, mereka menyelidiki jagad raya, tetapi di maa Socrates mereka menyelidiki tentang manusia. Di masa Socrates Plato dan Aristoteles lebih mengikuti cara berfikir Socrates, sedangkan Protagoras (480-411 SM) dan Gorgias (480-380 SM) ia lebih menjadi sasaran kritik Socrates karena mereka tak memberikan pengetahuan mendalam, hanya luarnya saja, dan lebih bersifat”menjual” ilmu mereka. Ingin tahu ceritanya lebih jauh? Silahkan buka Google ya….
Seperti pelangi tak kan indah bila memiliki 1 warna, dalam filsafatpun ada berbagai corak warna filsafat….Langsung ajah Dyah kasih tahu
1. Realisme, aliran ini mengutamakan identitas benda, terlepas dari subjek disekitarnya. Tokohnya: Hans Heyerdahl (1857-1913), Kitty L Kielland (1843-1924), Harriet Backer (1845-1932), Erik Werenskiold (1855-1938).
2. Naturalisme, aliran ini berakar pada prinsip hukum alam. Tokohnya: Emil Zala.
3. Rasionalisme, aliran ini menempatkan akal pikiran manusia sebagai substansi.Tokohnya: Rindikat
4. Empirisme, aliran ini menolak akal sehat, menjunjung tinggi pengalaman. Tokohnya: John Lock, David Huam.
5. Kritisisme, aliran ini memandang pentingnya akal dan pengalaman. Tokohnya: Imanuel Kant
6. Idealisme, aliran ini menganggap hal yang ideal itulah yang paling penting. Tokohnya: Huggle.
7. Positivisme, aliran ini menolak akal sehat. Tokohnya: Auguste Comte
Dan masih banyak aliran lainnya, untuk info lebih lanjut hub. Dyah Praba: 085292310360… biar kita bisa terus terjalin komunikasi..jadi dengan sangat terpaksa Dyah tutup cerita Dyah, keterbatasan ilmu bukanlah penghambat perkembangan pemikiran seseorang. Billahifisabililhaq Fastabiqul Khairat..Wassalam mualaikum Wr.Wb. Sekali lagi Tulisan ini tidak wajib dibaca!!!!!

Read More......

Selasa, 01 Maret 2011

.


.dalam tata kalimat bila ia telah terbentur oleh titik(.) maka kalimat itu akan berhenti. Tapi kehidupan bukanlah sebuah kalinat yang dibatasi oleh sebuah titik. Kehidupan itu lebih seperti cerita bersambung, yang terlalu indah hanya untuk berhenti dalam satu alur, tapi terlalu menjenuhkan bila tak pernah dihentikan. Ah...kehidupan...dalam rajutan episodenya ia akan dililit oleh segala macam rasa yang mesti kita hadapi dan untuk menghadapinya diperlukan keberanian, tentunya keberanian itu bukan berani untuk mati, tetapi lebih dari keberanian untuk mati yaitu keberanian untuk hidup. Dan tidak cukup pula hanya keberanian untuk hidup, perlu yang lebih dengan mengisi hidup dengan kehidupan.

kadang terlalu tergesa-gesa kita mengisinya, melontarkan satu kata yang tak asing lagi "perubahan" dan ketika itu kita ingin merubah dunia kita, tapi kita lupa untuk melihat yang paling dekat, diri kita, jarang sekali kita sadari untuk merubahnya. Hingga suatu saat kita berhela sejenak, menghayati makna perubahan itu sendiri dan mulai menyusun rencana untuk merubahnya. Kadang sms dan tanya dengan berberapa varian yang intinya sama kita kirim ke sesama,"hal apa yang paling tak kau sukai dariku?" telah terjawab banyak v ersi atas tanya itu, meminta maaf lalu berjanji untuk merubahnya.

Dan sebuah tulisan kadang kala seperti sebuah ucapan yang menuntut konsekuensi bagi pengucap maupun penulisnya, maka tak salah ketika Pramudya berkata dalam tulisannya"bahwa seorang penulis adalah seorang pemberani," dan disinalah kadang kita tersumpah oleh kata ....padahal terkadang tulisan dan ucapan itu bukan bermaksud untuk mengabarkan rencana pada dunia, tapi lebih pada sebuah pembangun mentalitas, agar saat kita kehilangan arah, sebuah pengingat selalu ada.,

Ah...atau jangan-jangan kita yang terlalu gegabah berkata dan menulis, atau memang kita juga terlalu tergesa2 untuk menilai...Entahlah..konon katanya manusia diciptakan dalam keadaan tergesa2.....

.

Read More......

Minggu, 20 Februari 2011

apakah karena rasa

semua akan tiba pada waktunya
dimana semua akan sirna
dan perlahan ia akan meninggal kan bayang
yang semakin jauh sang obyek berjalan
semakin hilang
tapi tidak dengan satu hal
rasa..ya rasa
ia akan ada melekat pada hati
mungkin itulah yang menyebabkan sang sufi tak mau jatuh cinta selain padeNya
mungkin karna ia paham
bahwa rasa yang tertumpuk selain untukNya hanya akan membuat ia terluka
mungkin itu yang membuat sang pujangga tak percaya pada diri yang mencinta
atau mungkin itu yang membuat lelaki tak mau berasa dan bersandar pada logika
ya karena rasa
luka yang sekian lama tlah binasa
kembali bangkit
dan karena rasa
apa - apa menjadi seolah ingin dimati rasakan
ya karena rasa yang menyakitkan
karena rasa yang tak mengubah segalanya
dan karena rasa yang hanya bisa dirasa oleh yang punya

Read More......

aku suka gaya.........(2)

belum banyak yang bisa aku tulis dengan keadaan mata yang sedikit mengeluh saat menatap layar laptop, mungkin jalan Tuhan bila laptopku rusak sejenak, karena Tuhan lebih ingin melihatku tenang sejenak tanpa layar lcd di kamarku. Aku begitu menyukai caranya yang begitu lembut untuk sekedar memberi ruang istirahat, walau kadang terasa getir dalam dadaku.



ah hari-hariku berasa kesepian tanpa laptop yang setiap saat setia menemaniku, tapi tak apalah ku coba hibur diriku dengan cara yang lain, ku diam dan coba buka kenangan yang samar2 tersisa dalam nbenakku, bukan! bukan kenangan tentang mantan, tetapi lebih tentang sahabat.



aku ingat kepulanganku kurang lebih satu semester yang lalu, seorang teman kecil mengingatkan aku tentang sahabatku yang konon katanya ia selalu mendengar cerita tentang aku dan sahabatku itu dari alm. Guru SDku...ah..jadi malu, ternyata kisahku dengannya dijadikan contoh untuk adik kelas,,kwkwkwkwk(temenku boong gak ya?)



seingatku aku tidak secerdas dia, tapi kata guru alm.ku ke adik kelasku yang satu itu, aku dan sahabatku selalu berebut rangking...heheheheeheh...aku kembali mengingat, benarkah kita saingan? seingatku kita selalu berjalan berdampingan bukan saingan, setiap hari kita pulang bersama, kita curhat bersama, dan dua sahabatku yang kata guruku itu selalu beradu rangking denganku sebenarnya memiliki kemampuan yang berbeda, yang satu di ipa yang satu di ips (itu waktu sd), dan aku sendiri walau nilai teori bahasaku pas2an tapi sangat suka menulis dan mereka berdualah konsumen tulisanku.kadang kedua sahabatku mengajari aku ips dan ipa walau masih sd, dan aku kadang menyerahkan karanganku untuk mreka baca, tapi ketika aku yang mendapat rangking satu(berkat diajari mereka) mereka mngucapkan selamat, dan ketika aku mendapat rangking tiga aku rasa aku juga mengucapkn selamat, aku lupa...sepertinya kita jarng bertengkar tentang pelajaran, yang aku tahu kita saling melengkapi,hingga ketika ada lomba cerdas cermat aku dan dua sahabatku itu diikutkan bersama, tetapi ketika ada lomba dokter kecil, posisiku yang kadng mengikuti lomba bersama mereka harus diganti dengan salah satu adk kelas yang lbh berbakat, walaupun ketika lomba mapel aku mendapat porsi matematika(ana hub.ora ya?)sedang dua sahabatku mendapatkan ips dan ipa...kenangan itu mengingatkanku sekaligus menjawab pertanyaanku, knp aku tak diterima dijrusan kesehatan dan diterima di jurusan bahasa....



Ah Tuhan begitu lembut caramu untuk menjawab tanyaku..terima kasih..dan untuk ke dua sahabatku semoga kelalk kita mampu berkumpul dengan keahlian kita masing2,...aku masih ingin terus belajar dari kalian..mungkin bukan lagi tentang ipa dan ips...tapi tentang kehidupan

Read More......

aku suka gaya kailan(1)

gaya merupakan ciri khas seseorang yang terbentuk sebagai cerminan kepribadian..ada beberapa gaya yang dyah suka dari orang2 yang dyah temui, baik kenal maupun tak kenal



dari yang teman dekat, katakanlah dia si A yang suka menghayal untuk terbang ke spanyol, optimis terhadap masa depan, dan mampu mernggelar tawa diantara kita. Saat aku membaca suratnya yang beberapa semester lalu ia buat dan aku temukan di sebuah perpustakaan, ia menghayal bahwa ia telah berada di spanyol dan meninggalkan teman-temannya di Indonesia hingga kerinduan berat menjalar dalam dirinya dan menuliskan surat itu, ia juga menghayal menjadi reporter kelas atas yang meliput segala berita, dan saat ia pkl di salah satu stasiun televisi, ia menyuruh teman2nya melihat acara yang ia pandu, ternyata hanya tangannya saja yang muncul. Dia memang unik dan penuh imajinasi, kadang dia mengantarkan aku pulang, dan berkata,"Kalau perlu di aku ingin mengantarmu sampai naik tangga dan aku gendong kamu sampai atas." Dan ketika ia menghayal tentang jodohnya lantas aku tanya, dimana jodohnya? ia akan selalu menjawab dengan kalem,"sedang ngaji Dy." Wow Jawaban itu terkesan bagus, tapi setiap ku tanya pasti dia jawabnya sedang ngaji, hingga aku jadi bingung sendiri, kalau ngaji terus kapan bekerjanya ya? hehehe... Satu lagi yang aku suka darinya adalah kebanggaannya terhadap barang yang ia sukai, ia selalu berkata dalam nada bercandanya bahwa motor yang ia pake adalah motor terbaik dan orang2 yng mempunyai motor sepertinya adalah orang2 yang keren2.

Sekilas memang ia penghayal, tapi bila dikaji kita mampu mengambil beberapa pelajaran berharga darinya: sifat humoris, optimis, dan bersyukur terhadap apa yang ia punya....hmmm...maka dari itu marilah kita berdoa pada Tuhan yang Mahapemberi, agar tidak hanya memberi hayalan padanya tetapi juga memberikan hayalan itu dalam kenyataan sebagai kado kehidupannya...amin



Ada juga seseorang yang tak aku kenal, saat di jalan macet, banyak orang yang mengeluhkan selang beberapa lama kemudian, seorang polisi menemuinya dan memarahinya,"Mas, tahu nggak si mas, saya ini lagi ngatur lalu lintas bukan lagi mainan, knapa mo\tor mas dibiarkan begitu saja ditengah jalan?" dan dengan santai ia menjawab,"Tadi lama pak, ya lebih baik saya cari minum dulu."

sekilas ia memang cuek dan tidak tahu aturan, tapi menurut saya ia seseorang yang berfikiran praktis, bagiku dia telah berhasil menerapkan satu ilmu yang selama ini ku baca dari buku," Bila kau tak menemukan keadaan yang kau inginkan, maka ciptakanlah keadaan itu sesuai keinginanmu." Maka marilah kita berdoa untuknya,"Wahai Tuhan yang MahaPemurah, jadikan dia penemu keadaan yang ia inginkan tetapi tetap mengindahkan perasaan yang lain, dan jadikan dia seseorang yang selalu membuat senyum untuk sesama, tanpa membuat yang lain berteriak marah."

ah 2 kisah dulu saja yang saya sajikan disini...kapan2 bila saya menyukai gaya orang lain dan tidak malas untuk menulis, insyaAllah ku tulis...heheheheh



.

Read More......

Selasa, 18 Januari 2011

HAKIKAT PUISI

Hakikat Puisi
1. Pengertian
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

2. Unsur-unsur Puisi
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.
(1) Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
(2) Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
(3) Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
(4) Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
(5) Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima). Djojosuroto (2004:35) menggambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Puisi sebagai struktur
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut.

2.1 Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

2.2 Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Read More......