Pages

RSS

Selamat datang di Cermin Sebuah Titik
Refleksi Sunyi
Sunyi tak selamanya sepi
Sendiri hanya 'tuk mengenali pribadi
Dyah Prabaningrum (D*pra)

Selasa, 03 Januari 2012

BONEKA

Oleh Dyah Prabaningrum


Aku bertemu dengannya saat aku pulang kuliah dan menangis tersedu-sedu. Mungkin ia iba atau lebih tepatnya kasihan padaku. Semenjak saat itu ia menjadi dekat denganku. Ia selalu bersamaku, menemani hari-hariku, terkadang mengajariku tentang tugas-tugas yang begitu sulit. Dia begitu baik dan manis. . Entah karena cocok atau karena sesuatu hal yang lain ia mulai bercerita padaku, tentang kelasnya, tentang keluarganya, dan tentang teman-temannya. Ada si gendut yang tak pernah berhenti makan sebelum ia benar-benar merasa kenyang. Tentang si tikus yang tak pernah lupa membawa contekan saat ulangan. Tentang si kribo yang tak pernah lepas dari sikap optimisnya, dan tak kalah menariknya tentang cewek-cewek pengangumnya. Aku adalah pengagum dongeng masa kecil, jadi mendengar ceritanya adalah hal yang menyenangkan bagiku.
Dia dulu sering bercerita tentang si Gendut saat puasa. Saat puasa, si Gendut yang se-kos dengannya, mengumpulkan banyak makanan, dia kadang-kadang mengendap-endap ke tempat persembunyiaan makanan. Tapi ternyata ia tidak kuat menghabiskan makanan yang ia kumpulkan sendirian, katanya ia sering menyimpan makanan itu dengan rencana dimakan lagi sehabis tarawih. Yang terjadi padanya jangankan ia bertahan sampai tarawih, dengan perut kekenyangan setelah perutnya membuncit dan shalat magrib, ia ambruk di tempat tidur, makanan itupun telah membusuk ketika waktu sahur, hampir setiap saat begitu. Hingga akhirnya dia mempunyai ide yang menurutnya cemerlang, kembali lagi ia menumpuk makanannya, kali ini bukan makanan basah, tapi makanan kering. Sehari-dua hari makanan kering itu aman, tetapi lama kelamaan dengan terpaksa ia harus memberi riski pada semut-semut nakal.
Kakakku juga tak lupa bercerita tentang si tikus dan si kribo. Seperti kisah dalam “Tom and Jerry,” si Jerry yang selalu beruntung . Ia sering membuat kode-kode rahasia yang hanya diketahui oleh kakakku, si tikus, dan si kribo. Dari pegang kepala yang berarti “aiu”, pegang rambut yang berarti “ciau”, atau pegang jidat yang berarti “taucime”. Dia juga mahir membuat rumus matematika dengan bahasa tubuhnya yang kata kakakku karena bahasa tubuhnya, kakakku langsung hafal rumus-rumus itu. Si tikus selalu mendapat nilai yang memuaskan.
Kakak juga bercerita tentang si kribo, si kribo yang selalu optimis. Si Kribo tak suka bersalaman dengan orang-orang penting di momen-momen seminar nasional. Si Kribo selalu bilang besok saya yang akan menjadi orang penting seperti dia, jadi seperti patih Gajah Mada yang terkenal, ia tidak akan bersalaman dengan orang penting, sebelum ia menjadi orang penting.
Kakakku juga sering bercerita tentang banyak wanita yang didekatnya. Dari ceritanya aku bisa membayangkan betapa sexy dan cantik wanita-wanita disekelilingnya. Tapi kali ini kakakku lain, ia suka sekali membawa boneka-boneka berbie ke kosku dan tidak lagi suka bercerita tentang teman-temannya. Dari yang berambut pirang sampai yang berambut hitam. Dari yang dibuat dari plastik putih sampai yang hitam dan kuning. Padahal aku telah bilang pada kakak, bahwa aku lebih suka boneka katak, boneka beruang, boneka bebek, atau boneka lumba-lumba untuk dibawa ke kosku. Karena bagiku boneka katak, boneka bebek, boneka beruang, dan boneka lumba-lumba lebih menarik, lebih unik, dan lebih lucu dari boneka berbie. Tapi kakak tak peduli, berkali-kali kakak membawakan boneka berbie itu untukku. Kadang aku bermain boneka itu bersama kakak. Boneka-boneka itu berambut panjang. Kakak paling suka mengelus-elus rambutnya. Aku hanya menatap kakak yang seolah sedang membuat lebih rapi bonekanya. Boneka itu diam saja. Kakak juga sering menggerakkan tangannya tapi boneka itu tetap tersenyum, sama seperti tadi. Boneka-boneka itu begitu manis. Aku terkesan dengan kemanisan mereka, kadang aku ingin seperti mereka. Oh ya sehabis aku dan kakak bermain dengan boneka itu, kakak selalu memintanya kembali, katanya minggu depan ia akan menggantinya dengan yang lebih bagus.
Ada satu boneka, dia tidak begitu cantik, tapi aku suka. Dengan mesin yang ada dalam dirinya, boneka ini bisa bergerak. Yang paling aku suka adalah boneka ini bergerak menjauh bila ia tersentuh di bagian pinggul, karena di pinggulnya ada tombol untuk menggerakkannya. Boneka ini juga bisa bergerak mendekat kalau ada suara tepuk tangan disekitarnya, katanya boneka ini peka dengan gelombang bunyi. Aku sangat menyukai boneka ini, ia bukan berbie tapi ia unik. Dan kata kakak ia akan menggantinya 3 hari lagi. Aku menangis, aku berkata pada kakak,”Adik sayang dengan boneka ini, kenapa kakak mau mengganti?”, tapi kakak cuek dengan rasaku walau tetap menjawab,”Kakak bosan.”
Aku tambah menangis tak karuan,”Kakak jahat, itu boneka kakak yang paling adik suka.”
Pikiran nakal kekanak-kanakanku mulai muncul. Aku menyembunyikan boneka itu di kolong meja agar kakak tak mengambil boneka itu untuk di bawa pulang. Tapi kakak sungguh berpengalaman, kakak tahu dan benarlah tiga hari kemudian kakak membawa boneka baru.
Aku mengutuki kakak. Aku sebal! Kakak jahat, walaupun itu boneka, tapi tak seharusnya kakak mencampakkan boneka-boneka itu. Aku mulai membeci kakak, tapi aku tak mungkin bisa membenci seutuhnya, karena aku masih ingin disampingnya untuk mendengarkan cerita dan menemaninya bermain. Saat aku, boneka, dan kakak bermain bersama, pasti hanya boneka itu yang menyita perhatian kakak. Kadang aku iri, aku ingin seperti boneka itu yang mungkin malah benar-benar disayangi kakak. Aku ingin seperti boneka itu cantik dan pendiam, juga tidak banyak protes. Boneka itu memang hebat. Dia selalu tersenyum didepanku dan didepan kakak. Matanya selalu berbinar, kecantikannya selalu terpancar.
“Ah mungkin itu memang disain dari pabriknya,’’batinku.
Boneka baru kakak kali ini tidak lebih putih dari kemarin, matanya bisa bergerak-gerak lucu sekali. Benar-benar putih dengan mata yang bisa berkedap-kedip. Entahlah karena kesebalanku dengan kakak aku mulai tak mau diajak bermain boneka lagi. Tapi tetap saja kakak selalu datang ke tempatku dengan membawa bonekanya.
Hebat, tidak seperti biasanya kakak betah dengan bonekanya. Kali ini entah telah berapa pekan kakak tidak mengganti bonekanya. Sepertinya kakak sangat jatuh hati dengan boneka itu dan tidak ingin menggantinya. Kebencianku mulai berkurang. Aku mau diajak main bersama bonekanya lagi.
Kadang boneka itu di letakkan agak lama di kosku, Katanya untuk menemaniku. Ku mulai suka dengan bonekanya, ku berharap kakak tidak menggantinya lagi. Aku sering menyampaikan keluh kesalku padanya, seperti boneka pada umumnya ia terus tersenyum, mungkin mulutnya memang telah dirancang untuk selalu tersenyum. Dia hanya tinggal di kosku satu malam, karena setelah itu kakak mengambilnya dariku.
Aneh sejak saat itu kakak jarang menghubungiku. Dia mulai jarang ke kosku. Dia mulai jarang mengajakku bermain dengan boneka lagi.
“Ah..mungkin kakak sudah besar, kakak sudah bosan main dengan boneka.”pikirku.
Tapi aku mulai risau, kakak tak lagi menemuiku, bahkan tak lagi menelponku. Aku menghubunginya beberapa kali tetapi selalu non-aktif. Aku ketakutan, takut terjadi sesuatu dengan kakak. Aku mulai kesepian, merindukan kakak dan boneka yang kakak bawa.
Sungguh kakak bukan banci walau ia suka bermain boneka. Kakak orang baik. Kakak sebenarnya sangat pengasih. Tapi kakak hanya pernah bercerita tentang ibunya. Katanya dulu, dia sangat mencintai mobil-mobilan dan sama sekali tidak tertarik dengan boneka. Begitu pula papanya. Papanya juga penggemar mobil-mobilan. Papanya memiliki mobil-mobilan dengan gaya-gaya terbaru. Tapi suatu hari papanya tidak membeli lagi mobil terbaru, katanya papa tak punya uang lagi. Dia dan mamanya menangis. Yang lebih menyakitkan lagi mobil-mobilan dan mainan mama yang penuh kerlap kemewahan harus dijual. Sebulan dua-bulan, mama tak lagi suka mengoleksi mainan pengisi peti kecilnya, mamanya lebih suka menyendiri dan melamun. Hingga suatu saat mamanya harus pergi karena tertarik untuk bermain mobil-mobilan dengan orang yang tak pernah dikenalnya. Mama menitipkannya pada papa, papa yang merasa sebagai seorang lelaki yang gagal, yang tidak lagi mempunyai mobil-mobilan memperbolehkan mama pergi. Sejak saat itu papanya dan dia suka boneka. Katanya boneka lebih cantik dan tidak rewel, boneka juga bisa dibeli di mana saja, ada yang di mall, ada yang di pasar, tetapi terkadang ada juga boneka yang gratis. Ah..rasanya yang terakhir aku tak percaya. Di dunia bukankah semua hal telah menjadi komersil? Bahkan yang bukan benda saja telah dikomersilkan? Rasanya tak percaya bahwa ada boneka yang gratis, pasti aku akan mengambilnya lebih dari selusin.
Kakak…sebenarnya kamu sedang dimana? Dengan siapa? Sedang berbuat apa? Aku benar-benar merindukannya. Aku merindukan bermain-main bersamanya dan di dongenginya. Aku rindu di dongengi dia tentang kerajaan sihir, dimana raja sihir mampu menyihir benda mati menjadi benda hidup dan menyihir benda hidup menjadi benda mati. Suatu kali dia mendongengiku manusia yang disihir oleh raja sihir menjadi batu, karena ia selalu diam ketika ditanya. Dia juga pernah bercerita tentang manusia yang disihir menjadi petir, karena suaranya mengganggu tidur sang raja. Aku sadari aku benar-benar merindukannya.
Akhirnya ku beranikan diri ke kosnya. Seperti dalam cerita sihir, ku lihat boneka di ruang tamunya itu bergerak-gerak, bergoyang-goyang bahkan bisa berbicara. Aku ketakutan sekaligus tahu mengapa kakak tak pernah mengunjungiku lagi. Melihatku boneka itu kembali diam. Aku marah, merasa selama ini telah dibohongi sekaligus beberapa hari ini dilupakan. Tapi kakakku segera mencegahku pergi sambil berbisik,”Jangan takut, itu boneka biasa yang ada di mana-mana.” Aku tak menjawab apa-apa dan ia berkata lagi padaku,”Kadang aku bosan dengan boneka itu, bagaimana kalau kapan-kapan kita bermain bersama, tanpa boneka! Dan hanya kita berdua?”
Keningku berkerut, aku tetap diam, dan seolah terdengar mantra di sebrang sana yanaku uaiauakulaika ana yuhibu anta mantra yang mampu mengubah seseorang menjadi benda mati. BONEKA.

Read More......

Tanya

Oleh Dyah Prabaningrum


Aku melihat orang-orang disekeliligku terkotak-kotak, mereka melihat satu sisi dari hidupnya, focus dan mencari belahan yang pas dengan jiwanya, mereka mendapatkan bahagia, bisa bercanda dan bercerita, karena mereka dalam kotak yang sama, dalam kepatuhan hidup yang mereka rasai itu adalah ketentuan, bahkan tak jarang dari mereka menganggapnya keteraturan semesta. Tapi berbeda dengan aku, aku berada dalam benang yang kusut, seolah benang itu membuat suatu alur sendiri, ia tidak menerima, kadang mencipta, tak mengikuti alur, dan bila ku amati ia membentuk bulatan dan semacam gumpalan yang perlu ku pecahkan.
Seperti seorang Socrates ku tanya pada setiap orang yang ku kenal, ibuku, bapakkku, nenekku, dan kakakku tentang gumpalan itu, gumpalan dan lingkaran yang ada di otakku dan melilit kepala, mereka tak bodoh, tapi mereka diam. Ku tanya pada ibuku,”Ibu, apa manusia, alam, dan seisinya diciptakan oleh Tuhan karena Tuhan merasa kesepian?”. Ibuku seperti biasa mengeleng-geleng kepalanya. Ku tanya pada kakak, kakak hanya diam dan tak mau bicara. Ku tanya pada ayah, ayah malah membunuh pertanyaanku.
“Husst…nggak boleh tanya yang aneh-aneh.”kata ayah waktu itu.
Ku berbalik kepada ibu, ku tanya padanya,”Bu, kenapa ayah membunuh sebagian dari diriku, kenapa aku tidak boleh bertanya yang aneh? Apa pertanyaan tentang Tuhan itu aneh? Padahal kata guru ngajiku aku harus mengenal Tuhan agar hidupku bahagia, tapi saat aku tanya tentang hakikat penciptaanku, kenapa aku dianggap aneh?”
Sambil tersenyum ibuku menjawab,”Ya sudah tanya guru ngajimu saja.”
Bibirku manyun,”Nggak mungkin, mereka bakal mengatakan aku murtad, bisa juga kafir. Ibu, apa orang dewasa itu tidak konsisten? Menyuruh belajar tapi mematikan cara paling efektif dari belajar.”
Ibuku hanya geleng-geleng kepala dan aku datang ke tempat nenek.
“Nenek, boleh tidak aku bertanya? Apakah Tuhan itu kesepian lanta menciptakan kita?”tanyaku polos.
Nenekku malah tertawa,”Kamu lucu, Tuhan itu maha segalanya, bukan karena kesepian lantas ia menciptakanmu, tapi justru karena Ia maha, sehingga kita ini ada.”
Aku yang baru umur 8 tahun dibuat bingung oleh kata-kata nenek.
“Kita ini ada karena kemahaannya, apakah itu berarti Tuhan sombong, ia ingin menunjukkan bahwa Ia maha, maka ia ciptakan kita dan Dia tunjukkan pada ciptaannya.”
Kali ini bukan nenek yang menjawab, tapi ibu yang menyahut,” Kamu tak perlu bertanya yang aneh-aneh, tapi bila itu pilihanmu, carilah organisasi muhammadiyah, tanyanyalah pada anggotanya, ibu, ayah, nenek, dan kakakmu, nggak bisa jawab pertanyaan itu.”
Ku tatap mata ibu,”Ibu apa itu muhammadiyah? Apa dia Islam? Aku mau ikut Muhammadiyah saja, aku mau ketemu muhammadiyah,tapi ibu, apa itu organisasi, apa itu anggota?”
Ibuku hanya gedeg-gedeg,”Sudah, sudah, simpan pertanyaanmu sampai besar, ia akan terjawab oleh waktu.”
Aku berbalik menatap nenek,”Nenek, maukah nenek menjawab pertanyaanku?”
Kali ini bliau tersenyum dan menggeleng.
***
Ku lalui hari-hariku dengan tanya dan gumpalan besar yang semakin membesar seolah gumpalan dan lingkaran itu hidup rusuh dalam otakku, dalam benakku. Hingga suatu saat ada pelajaran mengarang di kelasku. Itu adalah pelajaran yang paling ku suka, karena aku pasti akan mendapatkan nilai tertinggi dari yang lain dan di dalamnya aku bebas bertanya. Ku tulis karangan itu pelan-pelan, lebih pelan dari rasa yang membuncah untuk mengetahui setiap tanya dalam hati dan jiwaku.
MUHAMMADIYAH
Tuhan aku bertanya tentangMu dan semua orang hanya menjawabnya bahwa Kau ada, Kau maha, dan Kau penciptaku. Tapi tanyaku terhenti, semakin lirih, saat ku tanya kenapa aku harus tercipta, kata guru agama, agar aku beribadah padaMu, tapi kata otakku, agar Engkau tak kesepian, tapi kata nenekku, karna Kau maha aku jadi ada. Lantas kata ibuku, aku harus mencari suatu organisasi yang tak ku tahu maknanya, seperti judul dalam karangan saja, namanya mirip dengan nama Nabiku dan diriku. , Muhammad dan Dyah… Namanya Muhammadiyah…lucu ya? Tapi nama itu tak ada di kamus yang dimiliki kakakku, yang aku yakini pasti Muhammadiyah itu akan menjadi milikku, bukankah Tuhan maha tahu, hingga ia menciptakan muhammadiyah untukku walau aku masih kecil atau jangan-jangan Muhammadiyah tercipta jauh sebelum ayah ibuku bertemu. Tapi Tuhan, aku merasa ada yang janggal Tuhan, kata ibuku muhammadiyah, bukan muhammadyah…apa berarti itu aku tak berjodoh dengannya? Aku ingin berjodoh dengannya. Aku ingin bertanya kenapa kau ciptakan aku padanya. Pertemukan aku dengannya, aku ingin bertemu pangeranku Muhammadiyah Tuhan, aku sayang dia, karena kata ibuku dia akan membiarkanku bertanya. Aku akan banyak bertanya padanya, aku akan menjaganya. Muhammadiyah…bagaimana mukamu? Apakah kau setampan Romeo, atau dia semanis pangeran yang membangunkan putri tidur, atau apakah dia sebijak nabiku, ataukah mungkin ia sepeti nabi Yusuf yang sangat memesona. Ah… aku ingin berjodoh dengannya agar aku bisa banyak bertanya padanya.
Bel berbunyi dan aku menumpuk karanganku terindah untuk pangeranku yang belum pernah kutemui” Muhammadiyah.” Dan sekarang aku merasa aku harus lebih memendam tanyaku untuk pangeranku”Muhammadiyah.”
Di umur sepuluh tahun aku kecewa, karena ku tahu ternyata Muhammadiyah bukan orang dan ternyata nama Organisasi Muhammadiyah itu bukan kepanjangan Muhammadiyah, bukan seperti nama kepanjanganku. Lebih kecewanya lagi ketika ku tanya siapa orang Muhammadiyah yang ada di desaku? Dan kata ibuku tak ada. Maka aku mulai bertanya yang aneh-aneh lagi,”Ibu, kalau Allah itu maha mampukah allah membunuh dirinya sendiri, dan menjadi mati?”
“Kamu tu ya bandel banget! Udah besok gedhe masuk muhammadiyah saja.”
Aku juga tanya kepada guruku, guruku malah melaporkan aku pada ayahku. Aku dimarahi, sehingga aku tahu di dunia ini aku hanya sendiri, nggak ada yang menemani dilingkaran ini. Aku menjadi lebih suka menulis. Ku tulis setiap tanyaku, kertas dan bolpein tak pernah memarahiku, tapi ia juga tak pernah menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Aku bosan dengan barang-barang yang bisu, kata orang bijak buku lebih banyak bicara dengan tintanya. Ku cari buku-buku di rak ibuku yang sudah cukup berdebu dan diletakkan di gudang belakang. Ku temkan buku tentang Filosofi Ketuhanan, tapi kata-kata di dalamnya semua asing bagiku. Aku menangis, kenapa aku terlalu bodoh? Kenapa aku tak tahu apa-apa yang ku baca.
Aku pun mulai merenung, ada satu nama yang ku ingat yaitu Socrates. Nama yang asing dan aku kembali lagi bertanya pada nenek, karena ku takut mengganggu ibu.
“Nenek mau nggak nenek bercerita untukku?”
Saat itu aku yakin nenek bisa bercerita tentang Socrates karena dulu nenek pernah bercerita ia selalu menjadi bintang kelas, ia akan malu bila punya cucu yang bodoh, maka ia menyuruhku untuk belajar agar tidak bodoh, atau raporku tak akan diambil.
“Mau cerita apa? Kancil nyuri timun?”tanya nenek,
“Enggak, bosan, masak udah gede kancil nyolong timun terus!”
“Ya udah, Pak Tani yang dicuri Timunnya?” Nenekku menggoda.
“Ah..nenek, aku penginnya cerita tentang Socrates.”
Nenek kaget,”Lho tahu dari mana kamu?”
“Kalau nenek bilang nggak mau punya cucu bodoh, aku nggak mau punya nenek b tittttttt.”
Nenekku mencubit hidungku karena aku nakal.
“Socretes itu…..”mata nenek mengambang.
“Socrates itu adalah filsuf Yunani, ia hobi sekali bertanya hingga ia dianggap gila. Tapi setelah ia mati pemikirannya dia dibukukan oleh muridnya Plato dan hingga kini namanya terkenang.”
“Apa aku seperti Socrates?”
“Ha…hahaahahha.”nenekku tertawa.
“Hust…jangan keras-keras nek.”
Nenek memandangku dan tersenyum, lantas menggangguk.
“Aku nggak mau kaya Socrtes!”
“Lho kenapa?”
“Karena ia dikenang setelah mati!”
“Hmmm…”nenekku bergumam
***
Kisah itu sudah lama ku tinggalkan. Pemikiranku bertambah liar ketika ku masuki bangku kuliah, aku semakin gencar bertanya. Dalam doaku ku ingat nama Muhammadiyah, dan selang beberapa bulan aku bertemu dengan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah,”IMM” akupun berniat untuk tinggal di asramanya. Di situ ku temukan anugrah yang luar biasa dalam hidupku. Bertemu dengan orang-orang yang gemar bertanya tapi juga tak luput menjawab tanya.
Hari-hariku diisi rapat dan diskusi. Entah diskusi keTuhanan, fiqih, maupun keilmuan. Aku juga belajar tentang kehidupan di sini. Di tempat ini ku temukan banyak ladang pengetahuan. Bahkan kadang untuk hal yang paling kecil ku diskusikan seperti misalnya makna kata munafik, bagaimana asal-muasalnya dan bagaimana cirri-ciri orang munafik. Semuanya terangkum dalam sejarah Islam, pelan-pelan ku rubah pola pikirku, ku coba benahi sikapku yang tak karuan.
Tidak cuma itu, aku temukan keluarga baru disini, keluarga yang begitu baik denganku, yang mendampingi prosesku, yang sangat ingin ku abadikan lewat tulisan, tapi seperti eloknya sebuah jalan, tak akan menantang dan enak untuk track-trackan bila tak ada tikungan, kadang tanyakupun dianggap nge-test, padahal tak sekalipun aku ingin mengetestnya.
Ku bertanya tentang sesuatu yang mudah terucap tapi sulit untuk dilakukan. Ku bertanya tentang ketulusan hidup, apa artinya, dan bagaimana kisah yang menyejarah yang berasal dari ketulusan?
Temanku memandangku, entah karena jenuh dengan tanyaku, atau ia tak suka ku bertanya seperti itu. Entah kenapa dia tiba-tiba sensitif.


“Kamu nge-test aku?”tanya padaku.
“Nggak!” jawabku.
“Aku nggak yakin ini pertanyaan murni.”
“Aku memang tak paham tentang konsep tulus.”jawabku.
Entah apa yang dia pikirkan, tapi aku benar-benar tak paham dengan perubahan sikapnya.

“Ya udah kalau nggak mau jawab, nggak uah sewot dum.”kataku.
“Jangan-jangan selama ini kamu nge-test aku semuanya, kamu bertanya padahal kamu udah tahu semua jawabannya.”
“Kok kamu jadi sensi si, biasa aja kali.”kataku.
“Kamu berani bersumpah, kalau selama ini kamu nggak punya pengetahuan apapun atas apa yang kamu tanya?”
“Kamu tu lagi kenapa si!”kataku emosi.
“Cepet! katakan saja.”
“Nggak ada pengetahuan nol untuk sebuah pertanyaan non!”
Dia diam, dan aku takut, aku akan kehilangan teman diskusi yang paling mngasyikkan.
Ku ucapkan pelan padanya,”Dari dulu banyak filsof yang menginginkan sebuah pertanyaan murni, pengetahuan nol, Descartes, Karl Popper, dan Geertz menginginkan itu, tapi nyatanya? Edward Said membuktikan bahwa intelektualisme hanyalah repetisi, Seorang Psikoanalis Prancis, Jacques Lacan menyatakan: tidak ada subjek yang betul-betul mandiri, bahkan novelis Ayu Utami pernah mengutarakan: ilmu pengetahuan manusia bisa ditularkan lewat darah, gnosis sanguinis. Itu berarti tak ada pengetahuan nol, begitu pula pertanyaan murni. Mau lihat buktinya? Daftar pustaka, footnotes, bahkan sebelum bertanya tentang hal diluar dirinya ia lebih dulu bertanya pada dirinya. Dan tak ada sekalipun maksudku nge-test kamu, aku hanya ingin memperdalam ilmuku, menambah wawasanku. Jangan marah lagi ya…”kataku cukup lembut.
TUT..TUT..TUT….
Telepon terputus. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi dengan dirinya, kali ini mungkin aku harus diam sejenak, tak bertanya dulu, hingga keadaan membaik. Doaku dalam hati,”Tuhan…ku tahu hasrat ingin tahu hanya bisa terpenuhi dengan ilmu dan pengetahuan, maka jangan Kau izinkan aku berhenti membaca, berhenti belajar, ku mohon Tuhan.”
Ku lihat sekitarku, seolah bonekaku bicara,”Dyah..sekarang kau tak sendirian di lingkaran dan gumpalan itu, kamu punya teman, dan jagalah baik-baik keluarga barumu.”
Ku dekati bonekaku,”Tapi dia diam, apa dia akan terus jadi temanku di lingkaran dan gumpalan ini?”
Mata boneka itu berkata lagi, lagi, dan lagi, sekarang aku berdiskusi dengannya, dengan bonekaku. ^_^

Read More......

Kotak Hati


oLEH Dyah Prabaningrum

Masih teringat akan kesabaranmu menghadapi kelupaan-kelupaanku, bahkan namamupun kadang terbalik dengan nama teman kita yang ku rasa hampir mirip. Henti! Ya dia sahabat yang benar-benar pengertian, ia jarang sekali memarahiku bila banyak hal yang ku lupa. Yang paling aku suka dari dia, dia begitu sabar mengajariku cara-cara mengerjakan soal kimia. Dia tak pernah mengeluh mengajariku. Dia begitu logis, praktis, dan rasional itulah yang aku suka darinya.Berbeda dengan dia, katanya aku adalah penghayal yang kreatif. Dia selalu berkata bahwa aku unik, sedang aku selalu memuji kesabarannya, selain itu dia manis dan baik hati. Pernah suatu hari aku mengajaknya berhayal seperti burung, entah karena alasan apa tiba-tiba ia mau mengikuti alur bermainku, ku bawa dia masuk ke ceritaku, sampai dia lebai, memejamkan mata mengikuti instruksiku. Seolah ia terhanyut dengan ceritaku, dan ku lihat ada tukang balon udara. Ku berlari sebentar dari dekat sungai tempat kita berkayal lalu membeli balon itu. Matanya masih terpejam, aku berbisik pelan di telinganya,”Karena sekarang nggak memungkinkan untuk terbang menjelajah dunia, maka bukalah matamu dan ku punya sesuatu yang bisa terbang. “ Dia membuka matanya dan aku menghadiahkan satu buah balon warna biru kesukaannya, dan warna hijau untukku.

“Mungkin raga kita tak mampu terbang tinggi, tapi pikiran kita dapat menjelajahi dunia ini. Dan balon ini adalah lambangnya.”kataku.

Semester berlalu kami tumbuh seperti remaja normal lainnya. Aku memiliki kekasih, bahkan kini hubunganku dan kekasihku hampir satu tahun. Hampir semua sifat kekasihku mirip dengan Henti. Kekasihku begitu menyukai hal-hal yang rasional dan menangkap segala hal dengan nalarnya. Mungkin dia akan cepat tua bila tak bertemu dengan penghayal kecil seperti aku. Aku cukup menyukai tawanya saat ia di sampingku sambil mengejek,”Dasar Bodoh!” tetapi satu hal yang tak pernah aku suka, saat ia diam, matanya mengawang-awang. Dia seolah menganggap aku orang lain yang pantang untuk ikut menanggung bebannya. Suatu hari ku bermaksud mengenalkan Henti padanya. Ternyata dia mengenal Henti, sejak saat itu jarang sekali Fian terlihat melamun. Lambat laun Aku, Fian, dan Henti malah seperti sahabat yang kemana-mana bersama, bahkan sampai-sampai saat aku dibelikan baju, Henti juga ikut dibelikan baju. Kadang aku marah tak mau bicara dengan Fian dan Henti. Henti menjadi tidak enak dan sedikit menjauh dari Fian.

Kadang pula ada rasa cemburu, kekasihku memuji kebaikan dan kecerdasan Henti. Tapi hatiku tak pernah mengelak bahwa apa yang kekasihku bicarakan adalah suatu fakta. Hingga suatu saat, aku tahu bahwa kekasihku dan sahabat terbaikku itu saling menyukai. Tentu saja hatiku terluka. Sempat aku diam selama beberapa hari pada sahabatku itu. Dalam diamku, ku berfikir, Henti memanglah yang pantas untuk Fian. Henti yang lembut, sabar, manis, logis, dan realistis lebih cocok bersanding dengan Fian yang sama-sama kuat di logika.

Hingga suatu malam yang tak kuingini malam itu hadir dalam kehidupanku, aku bertengkar hebat dengan Fian. Ku tumpahkan segala rasa cemburuku yang sebelumnya hanya sampai tersangkut di tenggorokanku, begitu pula Fian malam itu ia juga mencurahkan isi hatinya padaku.

Ya kuputuskan untuk mengalah, toh jalanku masih panjang, aku harus belajar mengalah. Tanggal 09 besok adalah ulang tahun sahabatku, Henti. Di sepertiga malam terakhir setelah bertahajut, ku buat sebuah kotak dan ku isi sesuatu di dalamnya, tak lupa ku tulis surat untuknya.

Assalamualaikum Wr.Wb.

Salam Sayang selalu buat sahabatku Henti….

Mungkin kamu akan kaget ketika membuka kotak kadoku ini, mungkin kamu akan mengira bahwa tak ada yang spesial dan berhaga dalam kotak ini. Tapi kan ku beri tahu, apa yang tak terlihat, belum tentu tak ada. Dini hari tadi ku tiupkan kasih sayangku yang kupinta dari Tuhanku, ku letakkan sebagian hatiku setelah berdoa pada Tuhanku tuk ku ikhlaskan.

Henti, pagi ini, ku ingin mendahuluimu untuk tiba di sekolah, bukan karena marah atau terluka. Kamu harus yakini ucapanku, bahwa aku selalu ingin ada untuk seseorang, bukan hanya berada bersama seseorang. Tadi malam, aku telah memutuskan Fian, dan ku harap kamulah yang membahagiakannya nanti. Hen, aku salah selama ini, sepertinya bukan aku yang terbaik buat Fian, tapi kamu. Pujian yang ia lontarkan padamu terasa lebih tulus dan ikhlas dari pada saat ia memujiku.

Sungguh, bahagiamu bahagiaku pasti. Kata orang bijak, seseorang mungkin mampu berlari dari kebenaran dunia, tapi ia takkan mampu berlari dari kebenaran cinta. Sorot matamu dan ia saat kalian saling beradu tatap, tentu saja membuatku cemburu, tapi juga membuatku sadar bahwa ada cinta diantara kalian.

Tenang saja! Aku selalu bersyukur dengan takdirku karena dengan bertemunya kamu dan Fian kembali lewat aku, aku malah menjadi tahu… Terima kasih, karena pertengkaran tadi malam, setelah rasa cemburu yang tertumpuk ku luapkan, aku benar-benar tahu apa yang membuat Fian selalu melamun selama ini, aku juga sekarang tahu apa yang sesungguhnya Fian lamunkan, ia sedang melamunkan seseorang yang ia rindukan di masa lalunya, seseorang yang paling memberi kesan dalam hidupnya, seseorang yang katanya pernah memberi warna yang lebih dari aku dengan pikiran-pikiran dewasanya, dan yang lebih penting lagi ku juga sekarang menjadi tahu siapa mantanmu yang belum bisa kamu lupakan dan yang selama ini ingin kamu pendam sendiri ceritanya.

Semoga kehadiranku selalu membawa kebermanfaatan buat sesama. Oh yak ku tahu apa yang kamu butuhkan, ada kado konkret di laci mejaku, seperti yang pernah aku jelaskan, aku adalah malaikat Tuhan untukmu, maka kado konkret itu berupa tisu surga yang tadi pagi dibawakan jibril..hehehhehe… Satu pesanku di hari bahagiamu ini….kamu harus menemui aku dengan senyuman dan hasrat ingin memeluk. HARUS!!!!!!hahahaha

SELAMAT ULANG TAHUN SAHABAT TERBAIKKU, KADO TERBAIK DARI KU ADALAH KU KEMBALIKAN SEPARUH JIWAMU YANG SEMPAT KAU PISAHKAN DARI HIDUPMU….

Jadilah balonmu yang berwarna biru, terbanglah ke langit tertinggi, dan pandanglah dunia dengan keluasan wawasan di dalamnya. Jaga Fianmu baik-baik. Bahagia kalian, bahagiaku walau mungkin itu sangat lirih terucap di bibirku.

Tulisan dariku ini mencoba tuk mengabadikan, yang mungkin kan kau lupakan, atau untuk dikenang. (Jikustik)

Salam hangat dari malaikat Tuhan,

Dyah

Ku lipat surat itu dan ku letakkan di dalam kotak yang telah ku siapkan,”Henti, ku percaya kamu sepenuhnya, kamu tak bermaksud menyakitiku, begitu pula aku.”kataku dalam hati.

Read More......

Istimewa dengan Cara Kecil


notes ini ku dedikasikan kepada teman2ku yang sering berkomunikasi denganku….aku lagi suka cara anak kecil dalam menghadapi masalah(coba dah inget2)

waktu ngrasa ada yang marah: sambil mengacungkan kelingking, aku bilang,”kita temenan lagi yukkk.”

waktu ngrasa sebel ma orang: sambil ngaitin telunjuk ,aku bilang,”putus ah..kita putus.”

waktu ngrasa berhasil bekerja sama: tangan teman suruh menengadah, ditepuk dan mencolek hidung,”yee..kita berhasil.”

waktu ngerajuk kalau ada yang ndiemin: mencolek2 lengan sambil bilang,”kamu kenapa?”

waktu ingin buat tersenyum saat teman sedih: senyum jelek atau pasang wajah jelek…,”nggrok..ngrokk…

waktu sahabat kedinginan: pinjam tangannya dan genggam, bilang,”hust2 dingin…pergilah.Biar aku saja yang temaninya” waktu dijailin orang:bilang ke belakangku dan ehem…agak jorok..kwkwkwkkw

waktu nggak percaya ama orang:gelembungin pipi sambil geleng2

waktu nglarang orang: telunjuk digelengkan ke kiri dan ke kanan, sambil mata agak gimana gitu…

waktu mbangunin orang: bisikkan di telinganya,” pemimpin itu harus siap dibanguninin kapan aja, hayo..pengin gak jadi pemimpin.”

waktu ada yang suka ma kita bilang,’ihirrr..ihirrrr…..

sedikit catatan …Jangan salah paham lho yaa…..

Read More......

Senin, 02 Januari 2012

Rinduku Padamu

Untk penggenap air mata yg tertunda,

pembiar jeda rusuk tlgmu,

ak menepi menyatakan rindu pdmu


Read More......

hidup

dari poci ini, teralir kopi
kupersembahkan dalam dua cangkir satu nampan..
dan kita duduk bersama, tak saling paham arti diam
sebab aku tahu aku tengah berbohong memberi yang terbaik untuk hadirku


Read More......

Cantik dan Sexy


Beberapa waktu lalu saya sempat mencari definisi “cantik dan sexy.” Jujur saya mengalami kekosongan makna pada sebuah kata itu. Kekosongan makna dan pencarian itu terjadi karena sempat terkesima dengan berbagai perbincangan tentang kata tersebut. Di sebuah warung makan ketika saya bersama teman saya, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, yang pada akhirnya ia tundukkan kepalanya dan berucap,’Ba, coba tengok ke belakang.” Dengan segera saya ikuti instruksinya dan saya temukan seorang gadis duduk tenang dengan temannya. Temanku kembali berbisik,”Cantik ya…” Ku amati sekilas wanita yang di sebutnya cantik itu, sesaat ku temukan gambaran cantik, sesuai diskripsi fisik wanita tersebut. Bukan hanya dia, ternyata temanku lelaki, beberapa waktu lalu juga sedang kegirangan, katanya dia tengah mendekati seorang gadis yang telah menjadi incerannya sejak semester lalu. Konon dia adalah gadis yang tersohor karena kecantikannya. Lain lagi dengan kedua temanku, beberapa temanku lelaki juga terdengar membicarakan kata ‘sexy.’Ketika diminta memperlihatkan foto gadisnya, bila gadisnya tak cantik-yang entah menurut siapa- mereka akan menunjukkan fotonya dan mendahului berkomentar,”Aku thu nggak suka cewek cantik.” Saat diperlihatkan foto gadisnya merekapun akan menambah argumen,”Pacarku memang nggak cantik tapi seksi.”

Pada nyatanya bukan hanya lelaki yang membahas kecantikan dan kesexy-an. Banyak dari perempuan yang memperbincangkannya. Bahkan berlomba-lomba untuk disebut cantik dan sexy. Saya pernah mempunyai teman yang menurut saya dia cukup menarik, tapi entah kenapa saya merasa ada yang janggal ketika ia telah menginjak semester limanan. Dulu dia terlihat natural, namun seiring berlalunya waktu justru saya merasa banyak asupan industrial menyusup di tubuhnya. Benarlah ketika beberapa kali saya ke kosnya dan saya telah lama menunggunya berdandan, setelah itu dia akan berbalik dan menanyakan,”Udah cantik belum?” Tentu saja kata tersebut wajar diucapkan wanita setelah berdandan. Hanya saja yang membuatku sedikit surprise adalah ketika dia mengeluhkan beberapa perawatan yang dia jalani tapi tak membuat kulitnya putih. Bukan hanya dia, beberapa kali ku temui perempuan dengan keluhan yang sama tapi dalam redaksi yang berbeda,”Kok kulitku nggak putih-putih ya? Aku nggak cantik ya?” dan tentang sexy, banyak juga perempuan yang menginginkan ber-imajinasikan hal tersebut.
Cantik dan sexy adalah paket yang ditawarkan oleh dunia industri melalui media. Lewat iklan, gadis cantik dan sexy menjadi simbol yang dipuja oleh pria. Lihatlah betapa banyak iklan kosmetik, sabun, dan segala macam perkakas wanita yang memprogandakan betapa cantik ataupun sexy akan membuat lelaki jatuh hati padanya. Sangat melekat di benak saya sebuah iklan yang memperbandingkan wanita berkulit hitam dan putih. Si kulit putih di situ diceritakan sudah mempunyai kekasih dan si kulit hitam belum. Atas saran si kulit putih, si kulit hitampun memakai produk yang sama dengan si kulit putih. Akhirnya si kulit hitam menjadi putih dan mendapatkan kekasih, ada sebuah narasi yang menghakhirinya yang berintikan untuk kulit cantik bersinar. Beda dengan iklan di atas, iklan ini menarasikan,”Ingin montok dan sexy seperti bla..bla..bla..setelah itu naratorpun menawarkan pengencang perut dan pemontok tubuh dengan ikon artis berlekuk tubuh indah yang turun dari mobil mewah, ketika ia telah mempromosikan produk tersebut ia masuk ke kafe dengan citra wanita yang dipuja lelaki, digambarkan ia menjadi pusat perhatian lelaki-lelaki yang ada di cafĂ© tersebut.

Bila melihat arti di kamus, cantik memanglah berhubungan dengan paras,namun tidak disebutkan dengan detil paras seperti apa yang rupawan, sedang sexy berhungan dengan segala sesuatu yang mengundang birahi seperti bentuk tubuh. Namun benarkah cantik dan sexy itu hanya sebatas fisik? Cantik berarti berkulit putih dan sexy berarti berlekuk tubuh indah? Bila iya mengapa ada seseorang yang tidak punya lekuk tubuh nan indah tapi ada yang berkata dia sexy? Ada pula seorang yang tidak berhidung mancung juga tak berkulit putih dikatakan cantik? Sebenarnya apa definisi cantik dan sexy?
Cukup lama saya renungkan dan sedikit titik terang. Saya mengingat nama Eva Broun sebagai perempuan paling cantik bagi Hitler. Padahal pada kenyataannya Hitler, pemimpin nazi itu pernah menemui banyak sekali wanita yang secara fisik terangkum dalam tawaran media masa kini (putih, berhidung mancung, berbibir tipis,dll). Bagi Hitler kecantikan Eva Broun pada keteduhan hatinya yang jarang mengeluh atas politiknya dan pemberitaan media terhadapnya. Saya juga mengingat nama Cleopatra yang dapat membuat Julius Caesar bertekuk lutut. Ternyata dalam buku Perempuan Pemicu Perang karya Imas Kurniasih, Julius Caesar terpesona bukan karena kecantikan dan kesexy-an “fisik” Cleopatra, tetapi karena kecantikan dan kesexy-an karakter Cleopatra yaitu penuh optimis, cermat dan disiplin.

Hmm….kurasa cantik dan seksi bukanlah rekaan fisik semata. Tapi cantik dan seksi itu bentuk kepercayaan diri dan sikap pribadi yang kuat, kesemua itu tak perlu dibeli karena “ia” ada pada setiap diri yang mau menggali.

Read More......