Pages

RSS

Selamat datang di Cermin Sebuah Titik
Refleksi Sunyi
Sunyi tak selamanya sepi
Sendiri hanya 'tuk mengenali pribadi
Dyah Prabaningrum (D*pra)

Kamis, 07 Juli 2011

lelah


mungkin kamu pikir saya tidak lelah dengan kehidupan yang saya pilih? saya lelah bahkan sangat-sangat lelah. Dari dulu saya telah belajar memilih dan sayalah yang belajar untuk bertanggung jawab dengan pilihan saya. Hingga di suatu masa saya menyadari bahwa saya tak memiliki apapun selain semangat dalam kehidupan ini. Saya hampir menyerah dan saya berpasrah pada Tuhan, saya tahu hidup ini bukan sekedar garisan nasib, maka disamping kepasrahan diri saya dengan sangat pelan-pelan merubah pribadi. Sangat pelan-pelan, karena saya sadar saya bukan gadis jenius yang dengan sekejab mata mampu menghasilkan perubahan besar, saya juga tahu dan saya tak ambil peduli bahwa kehadiran saya tidak diperhitungkan oleh orang lain, karena kembali lagi saya hanya sedang berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Banyak hal yang telah saya lalui, jatuh, menangis, tersedu, malu, terlalu sombong, dan semuanya. Apa kamu juga tahu? saya pernah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu, bahkan sering, namun yang mendapatkannya orang lain dan orang lain itu sering pula bertanya padaku tentang hal yang di dapatkannya.

Saya menjadi terlalu sombong, mempertanyakan tentangNya. Tuhan selama ini saya rasa Kau tengah mengajari saya arti kesiapan, kenapa dia selalu bertanya pada saya bila ia pilihanMu untuk mendapatkan pilihan saya? Bukankah saya lebih siap daripadanya? waktu itu saya gugat Tuhan. Ya itu adalah kesombongan terbesar saya. Dengan pelan-pelan saya tangkap semua makna di balik kecewa, saya mengamatinya yang memiliki keberuntungan lebih dari saya. Setelah sekian lama saya dekat dengannya, saya baru menyadari ada sesuatu yang berbeda antara saya dengan dirinya. Itulah yang menjadi penghibur diri saya, dia adalah seseorang yang baik, bahkan mungkin terlalu baik, dia yang saya kenal adalah dia yang tak pernah mengharapkan apupun selain yang diterimanya. Pertama itulah prespektif saya terhadapnya namun akhir-akhir ini saya kembali bertanya,"Benarkah? apakah kita tidak boleh memiliki harapan untuk tidak kecewa? Dan benarkah dia benar-benar merasakan bahagia dengan apa yang dia punyai?" Entahlah..tapi yang pasti saya yakin dengan kegagalan saya yakin suatu saat saya akan menghargai keberhasilan sayapun juga akan menjaga semangat saya kecuali untuk satu hal, ya mungkin untuk satu hal yang saya sendiri telah malas menyebutkannya, bisa dibilang saya sudah terlalu lelah dengan hal itu