Pages

RSS

Selamat datang di Cermin Sebuah Titik
Refleksi Sunyi
Sunyi tak selamanya sepi
Sendiri hanya 'tuk mengenali pribadi
Dyah Prabaningrum (D*pra)

Sabtu, 19 Maret 2011

Dasar Filsafat

Aku hanya ingin bercerita, tapi tidak mewajibkan kau membacanya
Oleh Dyah Prabaningrum(D*pra)


Mungkin ini akan menjadi tulisan yang berbeda dan mungkin ini akan menjadi tulisan yang menjemukan ketika dibaca. Dan ketika engkau membacanya dan mengerutkan dahi, mengapa? Tak salah bila ku katakan engkau mulai ragu dan mulai berfikir filsafati. Lantas sebenarnya apa itu filsafat? Yang pasti filsafat dimulai dari sebuah keraguan dan pertanyaan yang tak kunjung usai untuk mencari kebijaksanaan, entah dalam diri atau lingkungan. Engkau tahu kenapa? Karena muasal kata filsafat itu sendiri konon katanya dari Yunani”philoshopia” yang philos yang berarti teman,sahabat, kawan, atau bila ditinjau lagi lebih dalam dari asal katanya philein yang berarti mencintai dan shopia berarti kebijaksanaan. Bila sudah tau asal maknanya, silahkan kau raba sendiri maknanya. Dan bila kau ingin lebih lanjut membaca ceritaku, maka bolehlah kau teruskan membaca tulisanku.
Bila boleh menyatakan penggolongan filsafat, menurut beberapa sumber yang tentunya pernah Dyah baca, penggolongan filsafat Yunani Kuno dibedakan menjadi dua: Pra-Socrates dan Socrates. Dan temen-temen boleh mengingat mas Subhan saat menyebut nama-nama Thales (625-545 SM), Pythagoras(580-500 SM), Parmenides (540-475 SM), itu adalah contoh-contoh Filsuf Pra-Socrates, namun sebenarnya masih ada banyak filsuf Pra-Socretes lainnya, yaitu sebagai berikut:
• Anaximandros (610-540 SM)
• Anaximenes (538-480 SM)
• Pythagoras (580-500 SM)
• Xenophanes (570-480 SM)
• Herakleitos (540-475 SM)
• Parmenides (540-475 SM)
• Empedokles (492-432 SM)
• Anaxagoras (499-420 SM)
• Demokritos (460-370 SM)
Lantas siapa filsuf masa Socrates? Ya tentunya selain Socrates, muridnya Plato dan muridnya Plato: Aristoteles. Mungkin itu telah dibahas dalam pembahasan yang dilakukan mas Isa. Ingat nggak ia juga menyebut kaum sofis…ems…kaum sofis itu juga hidup di masa Socrates, dengan tokohnya Protagoras (480-411 SM) dan Gorgias (480-380 SM).
Terus apa sih yang dipelajari mereka? Ketika temen-temen bertanya tentang “apa” temen-temen telah mengaplikasikan satu landasan filosofis yang disebut ontologi, dan ketika pertanyaan itu berlanjut dengan kata”bagaimana mereka mendapatkan pengetahuan tentang”apa” maka temen-temen berlanjut pada landasan filosofis yang ke-2 yaitu epistimologi, dan terakhir ketika temen-temen menanyakan”untuk apa”sih mereka mempelajari semua itu? Temen-temen telah masuk ke landasan ke-3”ontologis”.
Dyah nggak pengin mbahas satu persatu, yang pasti kalau temen-temen teliti membaca cerita Dyah temen-temen dari awal sudah menemukan jawaban untuk pertanyaan “bagaimana” dan “untuk apa” tapi saya yakin temen-temen nggak nemuin jawaban untuk pertanyaan “apa.” Agak serius dikit ya…. Pertanyaan “apa” itu unsur pembeda zaman Pra-Socrates dan Socrates, karena di masa Pra-Socrates, mereka menyelidiki jagad raya, tetapi di maa Socrates mereka menyelidiki tentang manusia. Di masa Socrates Plato dan Aristoteles lebih mengikuti cara berfikir Socrates, sedangkan Protagoras (480-411 SM) dan Gorgias (480-380 SM) ia lebih menjadi sasaran kritik Socrates karena mereka tak memberikan pengetahuan mendalam, hanya luarnya saja, dan lebih bersifat”menjual” ilmu mereka. Ingin tahu ceritanya lebih jauh? Silahkan buka Google ya….
Seperti pelangi tak kan indah bila memiliki 1 warna, dalam filsafatpun ada berbagai corak warna filsafat….Langsung ajah Dyah kasih tahu
1. Realisme, aliran ini mengutamakan identitas benda, terlepas dari subjek disekitarnya. Tokohnya: Hans Heyerdahl (1857-1913), Kitty L Kielland (1843-1924), Harriet Backer (1845-1932), Erik Werenskiold (1855-1938).
2. Naturalisme, aliran ini berakar pada prinsip hukum alam. Tokohnya: Emil Zala.
3. Rasionalisme, aliran ini menempatkan akal pikiran manusia sebagai substansi.Tokohnya: Rindikat
4. Empirisme, aliran ini menolak akal sehat, menjunjung tinggi pengalaman. Tokohnya: John Lock, David Huam.
5. Kritisisme, aliran ini memandang pentingnya akal dan pengalaman. Tokohnya: Imanuel Kant
6. Idealisme, aliran ini menganggap hal yang ideal itulah yang paling penting. Tokohnya: Huggle.
7. Positivisme, aliran ini menolak akal sehat. Tokohnya: Auguste Comte
Dan masih banyak aliran lainnya, untuk info lebih lanjut hub. Dyah Praba: 085292310360… biar kita bisa terus terjalin komunikasi..jadi dengan sangat terpaksa Dyah tutup cerita Dyah, keterbatasan ilmu bukanlah penghambat perkembangan pemikiran seseorang. Billahifisabililhaq Fastabiqul Khairat..Wassalam mualaikum Wr.Wb. Sekali lagi Tulisan ini tidak wajib dibaca!!!!!