Pages

RSS

Selamat datang di Cermin Sebuah Titik
Refleksi Sunyi
Sunyi tak selamanya sepi
Sendiri hanya 'tuk mengenali pribadi
Dyah Prabaningrum (D*pra)

Senin, 20 Juni 2011

PINTU



Dalam hidup kita, kita sebenarnya mempunyai pintu kecil nan ajaib. Pintu itu mampu mencerna arti hidup lebih dalam dan bersahaja, namun sayang kadang kita terlalu mengabaikan kehadirannya. Pintu itu siap menyambungkan kita pada hal yang tak kasat mata. Di situlah kadang kita terhenti dalam persimpangan jalan, merunduk dan diam tuk mengamati ruangan-ruangan setelah pintu itu kita coba masuki, coba telusuri. Tentu kita tak akan menyesal, bila yang memasukinya adalah diri kita sendiri dan bahkan kita juga tak kan menyesal ketika ada orang lain yang memasukinya tetapi dalam ruangan tertentu. Di sadari atau tidak, kita tahu, bahwa untuk dapat orang lain memasukinya ada tangan Gaib yang mengarahkan dan membukakannya, tanpa itu mereka tak akan dapat memasukinya karena kita sebenarnya adalah pingitan di dalamnya yang tak punya kuasa apapun untuk memasukkan yang lain ke dlmnya, akan tetapi bila yang lain telah diperbolehkan memasukinya kita diberi kehendak untuk menempatkannya di ruangan manapun.
Pintu itu pernah ku rasakan Ia terbuka, tapi tak ada yang memasukinya, sebagai pingitan, menutupnya kembalipun aku tak kuasa, aku takut lantai ruangan itu akan berdebu waktu itu, dan benarlah yang aku takutkan! Kali ini kembali lagi ku rasakan hal yang sama maka ku benar2 memohon padaNya, jangan lagi buka pintu itu bila tak ada yang mengetuk atau tak ada yang akan Penguasaku masukkan di dalam, beri aku kuncinya yang hanya ingin ku buka bila ada yang mengetuknya terlebih dahulu, beri pula pintuku gembok ajaib yang tidak pula bisa ku buka sebelum ia diketuk, selebihNya ku kembalikan padaMu. Karna Kau lah pemilikku yang nyata

Read More......

Senin, 13 Juni 2011

Surat Untuk Tuhan


pernah ketika aku masih kecil aku selalu bertanya, siapa dan seperti apa penciptaku? aku selalu berdoa dengan keluguanku agar aku bertemu dengannya, bercerita banyak, dan memeluknya. Aku selalu berharap di malam yang gelap Ia akan jadi milikku dan menengokku untuk berbicara banyak tentang aku dan segala penciptaanNya. Aneh, aku memang kadang berfikir Kau akan mengunjungiku dan Kau akan benar-benar nyata hadir di hadapku. Hingga 19 tahun Kau tak pernah benar-benar hadir seperti yang ku ingini di waktu kecil, tapi ku bisa merasakan kehadiranMu lewat hal-hal yang Kau tentukan padaku.
Tentunya ku harus banyak memujiMU, ku harus banyak berkata terima kasih dan selalu mencoba mendahulukanMu daripada kepentinganku, tapi yang seharusnya bukanlah yang ku lakukan. Kerap kali ku cintai ciptaanMu melebihi ku cintai diriMu, ah ku rasa Kau cemburu hingga mematahkan hatiku berkali-kali pula. Jarang bahkan sering ku lupa kewajibanku tuk berjumpa dengan kehadiratMu, hanya lima kali dengan azan yang mengingatkan, tapi terlampau santai ku tanggapi panggilanmu, hingga waktu melunturkan perjumpaan kita dan Kau tak pernah marah. Jangan ditanya berapa kali ku tahu pantanganMu dan melanggarnya, ku katakan dalam hatiku,"Maafkan aku, hanya sekali ini saja." Kau diam dan membiarkanku namun di lain waktu ku ungkap lagi hal yang sama,"Tuhan..sekali lagi ya" seperti itulah ku merajukMu. Yang ku ingat lagi, aku terkadang mudah menyalahkanMu hingga tak ku hiraukan panggilanMu, sebagai rasa kecewaku atas takdir yang Kau gariskan untukku.
Tuhan, Kau pasti sering mendengarnya, keluhanku atas kegagalan usahaku, keluhku atas apa yang ku ingini dan orang lain terlalu mudah mendapatkannya padahal tak sekuat perjuanganku. Tuhanku, Kau pasti pernah mendengar ucapku LELAH dalam takdirku, dan semuanya Kau jawab dengan diam, dengan kebetulan kebetulan yang menyelamatkanku dari keputus-asaan.
Tuhan, ku tahu berapa sering aku menderita ku yakin sesering itu pula ku akan bahagia. Aku yakin Tuhan, manusia hanya akan mengecap manis bila ia pernah menelan pahit dengan proporsi yang seimbang semuanya akan baik-baik saja, bahkan ketika takaran itu tak seimbang, kita bisa melebihkankebahagiaan di timbangan kita dengan pemikiran-pemikiran kita.
" Tuhan, pernahkah aku meminta sesuatu yang terlalu berharga untukku menurut ukuranMu?"kadang pertanyaan itulah yang ingin aku ajukan pertama kali ketika bertemu denganMu setelah sejenak kita berbasa-basi. Maaf Tuhan aku terlalu lancang untuk semua yang aku tulis, namun percayalah tulisan ini bukanlah gugatan. Aku hanya ingin mencurahkan rasaku, aku hanya tak tahu bagaimana melogikakan tarik-ulur harapku pada takdirMu, ah sudahlah...

Tuhan... ku berprasangka harapan di malam ulang tahun setelah 19 tahun ku hidup ini tak berlebihan, aku meminta Tuhan...bantulah aku merendahkan hatiku, bantulah aku mengontrol emosiku, bantulah aku untuk menjadi pendiam dan meminimalisir pembicaraan yang tak perlu, bantulah aku untuk menentramkan hatiku, bantulah aku untuk menenangkan pikiranku selalu, bantulah aku saat mencintai mahlukmu, bantulah aku menggapai prestasiku, dan hapuskanlah dosaku, dosa kedua orang tuaku juga dosa orang2 yang menyayangiku dan yang menjahatiku.

Tuhan di malam ini aku juga ingin mengungkapkan terima kasihku pada semua orang yang telah banyak mengajarkan aku arti kehidupan entah dengan menggores luka di hatiku atau dengan kelembutannya mengajariku. Ku mohon jagalah mereka Tuhan dan maafkan mereka bila lukaku ternyata juga membuat lukamu, berkahi mereka pula yang membahagiakanku dengan keberkahan yang senantiasa mengalir.
Tuhan besok aku ingin menjadi pribadi yang baru, izinkan aku Tuhan, merendahkan hatiku, melembutkan perangaiku dan penuhilah aku dengan ilmu dan kebermanfaatan untuk sesamaku. Tuhan demi Mu yang menggenggam Jiwaku dekatkanlah aku pada kebaikan dan jagalah aku, agar aku semakin mencintaiMu... aku mohon, itu harapku, semoga kelak ku benar2 mampu menjadi wanita yang Kau angkat derajatnya, menjadi perempuan yang layak kau pertemukan dengan Fatimah dan istri2 nabi, menjadi yang teridhoi dan tersyafaati.. ku tutup surat ini dengan kata yang paling Kau sukai..Alhamdulillah...

Read More......